Di bawah pemerintahan Presiden Barack Obama, AS berjanji untuk memotong 26-28 persen emisi gas rumah kaca mereka dibandingkan dengan tahun 2005. Rencana ini pun ditargetkan tercapai tahun 2030.
Namun, berbeda pandangan dengan pendahulunya, kini Donald Trump justru berulang kali mengecam perjanjian itu berbahaya bagi ekonomi AS.
"Apa yang tidak akan kami lakukan adalah menyusahkan orang-orang Amerika, sementara para pencemar iklim pihak asing memperkaya diri," ujar Trump saat menghadiri konferensi industri gas berbentuk serpihan di Pennsylvania, bulan lalu.
Sebelum mencalonkan diri sebagai Presiden AS, Trump sempat mengatakan pemanasan global adalah "tipuan yang dilakukan oleh China".
Hanya beberapa hari setelah Trump memenangi pemilu AS tahun 2016, pemerintah telah meratifikasi kesepakatan iklim Paris pada November di tahun yang sama.
Aturan kesepakatan tersebut menyatakan AS harus menunggu tiga tahun sebelum secara resmi menarik diri. Namun, saat ini sebuah tim telah dibentuk untuk mengurus segala proses teknis terkait penarikan diri AS.
Nanti, penarikan AS dari kesepakatan iklim Paris akan selesai pada 4 November 2020, tepat satu hari setelah Pemilihan Presiden (Pilpres) berikutnya diadakan.
Para aktivis lingkungan di AS berharap Trump gagal dalam Pilpres tahun depan. Mereka ingin Trump diganti oleh kandidat presiden dari Partai Demokrat, yang sebelumnya telah berjanji untuk mempertahankan kesepakatan iklim Paris jika menang.
Baca juga: Perubahan Iklim Kurangi Kemampuan Tanah untuk Serap Air
"Presiden berikutnya perlu bergabung kembali dalam perjanjian iklim Paris, dan berkomitmen terhadap penyelesaian tuntutan perubahan iklim, dengan menghadirkan transformasi energi bersih yang dilakukan secara cepat dan luas," ujar Jean Su, Direktur Energi Pusat Keragaman Hayati, yang berkedudukan di AS.
"Trump bisa keluar dari kesepakatan iklim Paris, tetapi tidak bisa bersembunyi dari krisis perubahan iklim," katanya.
AS dan China adalah penghasil karbon dioksida terbanyak jika dibandingkan dengan negara mana pun di dunia.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Parapuan adalah ruang aktualisasi diri perempuan untuk mencapai mimpinya.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.