Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 28/10/2019, 12:04 WIB
Ellyvon Pranita,
Sri Anindiati Nursastri

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Para ilmuwan menyampaikan bahwa sampah rokok, atau biasa disebut puntung rokok, menjadi salah satu sumber pencemaran plastik paling umum di dunia. Seperti pada rokok filter yang pada ujungnya terbuat dari plastik filter.

Dikutip dari Mother Nature Network, para peneliti juga telah menyerukan larangan global terhadap rokok filter, karena menunjukkan bahwa produk-produk rokok filter tidak lebih aman seperti yang banyak diiklankan. 

Baca juga: 5 Jenis Sampah Terbanyak di Bumi, dari Puntung Rokok hingga Styrofoam

Sejarah rokok filter

Rokok filter pertama kali ditemukan pada tahun 1950-an, dibuat menggunakan plastik sintetis yang disebut selulosa asetat atau bahan asbes juga pernah dipakai pada waktu itu.

Pada awalnya, seperti yang diungkapkan oleh eksplorasi industri tembakau waktu itu, rokok filter secara sah dirancang sebagai cara untuk mengurangi paparan orang terhadap banyaknya bahan kimia dalam asap rokok.

Baca juga: Mengenang Chrisye, Rokok, dan Kanker Paru yang Menghantuinya

Kemudian, dalam penelitian oleh industri dan ilmuwan luar bahwa rokok filter tersebut dapat menyebabkan kanker, terutama Total Aerosol Residue (TAR) yaitu partikulat di dalam udara yang masuk ke dalam sistem pernapasan ketika seseorang menghisap produk tembakau, seperti rokok, cerutu, dan tembakau linting yang sedang terbakar.

Selain itu, ternyata rokok filter tidak hanya mengganggu lingkungan dan orang sekitar, melainkan dapat meningkatkan risiko penggunanya terkena kanker.

Walaupun filter ini mungkin memblokir partikel TAR yang lebih besar dan bahan kimia lainnya, namun filter itu tidak dapat mencegah partikel yang lebih kecil menembus ke dalam paru-paru. 

Puntung rokok

Usai dihisap, bagian yang tersisa pada rokok adalah filter atau ujungnya saja. Ini yang biasa disebut puntung rokok. 

Meskipun selulosa asetat dapat dengan cepat terdegradasi dalam hitungan bulan di bawah kondisi yang tepat, puntung rokok yang dibuang di tempat terbuka lebih mungkin memakan waktu hingga satu dekade untuk hilang. Hal itu dapat membuat rokok filter lebih berbahaya bagi kesehatan.

Kondisi dunia yang semakin kewalahan oleh polusi plastik, filter rokok (puntung rokok) yang dibuang sembarangan tersebut nyatanya hanya menambah masalah yang terus berkembang bagi lingkungan.

Baca juga: Rokok Sebabkan 50 Persen Kematian Akibat 12 Jenis Kanker, Kok Bisa?

Meskipun semakin banyak bukti tentang ketidakefisienan rokok filter dan kerugian lingkungan, industri tembakau terus berpura-pura bahwa rokok filter lebih sehat.

Para pengusaha melangkah lebih jauh dengan mengubah formula filter sehingga filter akan berubah warna ketika rokok dihisap dan menipu pengguna agar berpikir itu dapat berpengaruh sebagai filter zat buruk yang ada di dalam rokok.

Mereka juga menambahkan inovasi meragukan lainnya yang diduga akan mengurangi jumlah asap yang dihirup oleh pengguna, seperti lubang kecil pada filter.

Para peneliti dari London School of Hygiene dan Tropical Medicine di Inggris berpendapat bahwa pemerintah harus melangkah lebih jauh dan melarang rokok filter sepenuhnya.

Ilustrasi rokok.SHUTTERSTOCK Ilustrasi rokok.

Rokok tidak memiliki manfaat bagi pengguna, dan menjadi salah satu penyumbang sampah terbanyak di dunia. Sampah puntung rokok bukan hanya tidak enak dilihat. Benda tersebut dapat merusak tanaman dan satwa liar di sekitarnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Rekomendasi untuk anda
28th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

Terkini Lainnya

Bukan Pohon, Inilah Produsen Oksigen Terbesar di Bumi

Bukan Pohon, Inilah Produsen Oksigen Terbesar di Bumi

Oh Begitu
5 Sayuran Berwarna Kuning yang Sangat Sehat

5 Sayuran Berwarna Kuning yang Sangat Sehat

Oh Begitu
Seperti Apa Fosil Laba-laba Terbesar yang Ditemukan di Australia?

Seperti Apa Fosil Laba-laba Terbesar yang Ditemukan di Australia?

Fenomena
Apa yang Membuat Madu Tidak Bisa Membusuk?

Apa yang Membuat Madu Tidak Bisa Membusuk?

Oh Begitu
Mengapa Lidah Jerapah Berwarna Biru?

Mengapa Lidah Jerapah Berwarna Biru?

Oh Begitu
Fakta-fakta Stasiun Luar Angkasa Internasional, 'Rumah' Para Astronaut

Fakta-fakta Stasiun Luar Angkasa Internasional, "Rumah" Para Astronaut

Oh Begitu
10 Makanan Tinggi Vitamin A yang Baik untuk Mata

10 Makanan Tinggi Vitamin A yang Baik untuk Mata

Oh Begitu
Mengapa Buah dan Sayur Berwarna Ungu Sangat Sehat?

Mengapa Buah dan Sayur Berwarna Ungu Sangat Sehat?

Oh Begitu
Berapa Lama Bintang Hidup?

Berapa Lama Bintang Hidup?

Oh Begitu
Manfaat Bit untuk Kesehatan yang Sayang Dilewatkan

Manfaat Bit untuk Kesehatan yang Sayang Dilewatkan

Kita
Virus Baru Ditemukan di Tempat Terdalam di Dunia

Virus Baru Ditemukan di Tempat Terdalam di Dunia

Oh Begitu
Bagaimana Cara Membuat Margarin Bebas Lemak Trans?

Bagaimana Cara Membuat Margarin Bebas Lemak Trans?

Oh Begitu
Bagaimana Warna-warni Muncul di Sayap Kupu-Kupu?

Bagaimana Warna-warni Muncul di Sayap Kupu-Kupu?

Oh Begitu
Usia Berapa Seseorang Merasa Paling Bahagia ?

Usia Berapa Seseorang Merasa Paling Bahagia ?

Kita
Apa Manfaat Pandan untuk Kesehatan?

Apa Manfaat Pandan untuk Kesehatan?

Oh Begitu
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com