KOMPAS.com - Mendapatkan diagnosis kanker payudara tidak mungkin diharapkan oleh siapa pun, termasuk Rika Mawardi yang telah mengidap kanker payudara sejak tahun 2015.
Dalam sebuah acara bertajuk Kualitas Hidup dengan Kanker Payudara oleh Knitted Knockers Indonesia di Mal Ciputra Jakarta, Sabtu (26/10/2019), Rika bercerita kepada Kompas.com bahwa menerima kenyataan menderita kanker payudara bukanlah perihal yang mudah baginya.
Pada awalnya, Rika menyadari adanya benjolan yang terdapat pada payudaranya, tetapi dia tidak malah mengabaikannya.
“Saya awalnya itu, pas sudah sadar ada benjolan, aku biarin. Karena itu khawatir dan ada rasa takut kalau tahu kenyaatannya gimana. Ya udah denial (tidak menerima kenyataan) dari awal sih,” kata dia.
Baca juga: Rajutan Knockers, Pengganti Payudara Paska Operasi Kanker
Hingga akhirnya pada tahun 2015, dia bercerita kepada temannya yang kemudian mengajaknya memeriksakan diri ke Yayasan Kanker Indonesia (YKI).
“Awalnya waktu diajak ke YKI, cerita tentang ini (benjolan di payudara), terus dilakukan mammografi dan USG untuk dilihat ada potensi ke arah kanker payudara apa enggak,” tuturnya.
Ternyata, hasil USG dan mammografi benjolan menunjukkan adanya kecenderungan dan potensi kanker payudara.
“Gejala awalnya yang saya rasakan selain benjolan yang membesar, ada rasa sakit seperti ditusuk, mengkerut seperti jeruk, sakit yang luar biasa, juga beda warnanya agak lebih hitam. Itu pas tahun 2015 ke YKI dan ada hasil USG-nya itu sudah 1,5 centimeter,” ujarnya.
Dokter yang menangani Rika pun menyarankannya untuk segera menindaklanjuti dengan memeriksakan diri ke dokter onkologi. Namun, anjuran ini lagi-lagi diabaikan oleh Rika hingga satu setengah tahun kemudian.
Baca juga: RS Dharmais Dapat Hibah untuk Kurangi Beban Kanker Payudara
“Saya udah dari YKI dan dibilang begitu, disuruh ke dokter onkologi langsung. Malah saya biarkan sampe satu setengah tahun kemudian. Ya itu, ada perasaan takut untuk mengetahui bahwa itu (dugaan kanker payudara) benar,” ujarnya.
Pada akhirnya, Rika pun memeriksakan diri ke dokter onkologi ketika benjolan di payudaranya semakin besar, dan terasa sakit di sekitarnya. Warna benjolan juga menjadi semakin gelap.
Rika menjalani biopsi pada benjolan dan pada September 2016, dia dinyatakan positif menderita kanker payudara.
Meski awalnya sulit, Rika akhirnya bisa menerima kondisinya berkat dukungan dan arahan dari dokter yang menanganinya, keluarganya dan juga kemauan kuat dalam dirinya untuk bisa menghadapi penyakit mematikan tersebutlah.
Dia mengikuti segala protokol yang diarahkan oleh dokter, mulai dari melakukan kemoterapi, penyinaran, serta obat hormon.
Baca juga: Tim Ilmuwan Inggris dan AS sedang Menelusuri Tanda Kelahiran Kanker
Sejak terdiagnosis dan mengikuti protokol dari dokter, Rika sudah melakukan kemoterapi sebanyak 30 kali, penyinaran sebanyak 6 kali, dan terapi obat hormon.