Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Rika Marwadi Berani Bangkit dan Hadapi Kanker Payudara

Kompas.com - 28/10/2019, 10:20 WIB
Ellyvon Pranita,
Shierine Wangsa Wibawa

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Mendapatkan diagnosis kanker payudara tidak mungkin diharapkan oleh siapa pun, termasuk Rika Mawardi yang telah mengidap kanker payudara sejak tahun 2015.

Dalam sebuah acara bertajuk Kualitas Hidup dengan Kanker Payudara oleh Knitted Knockers Indonesia di Mal Ciputra Jakarta, Sabtu (26/10/2019), Rika bercerita kepada Kompas.com bahwa menerima kenyataan menderita kanker payudara bukanlah perihal yang mudah baginya.

Pada awalnya, Rika menyadari adanya benjolan yang terdapat pada payudaranya, tetapi dia tidak malah mengabaikannya.

“Saya awalnya itu, pas sudah sadar ada benjolan, aku biarin. Karena itu khawatir dan ada rasa takut kalau tahu kenyaatannya gimana. Ya udah denial (tidak menerima kenyataan) dari awal sih,” kata dia.

Baca juga: Rajutan Knockers, Pengganti Payudara Paska Operasi Kanker

Hingga akhirnya pada tahun 2015, dia bercerita kepada temannya yang kemudian mengajaknya memeriksakan diri ke Yayasan Kanker Indonesia (YKI).

“Awalnya waktu diajak ke YKI, cerita tentang ini (benjolan di payudara), terus dilakukan mammografi dan USG untuk dilihat ada potensi ke arah kanker payudara apa enggak,” tuturnya.

Ternyata, hasil USG dan mammografi benjolan menunjukkan adanya kecenderungan dan potensi kanker payudara.

“Gejala awalnya yang saya rasakan selain benjolan yang membesar, ada rasa sakit seperti ditusuk, mengkerut seperti jeruk, sakit yang luar biasa, juga beda warnanya agak lebih hitam. Itu pas tahun 2015 ke YKI dan ada hasil USG-nya itu sudah 1,5 centimeter,” ujarnya.

Dokter yang menangani Rika pun menyarankannya untuk segera menindaklanjuti dengan memeriksakan diri ke dokter onkologi. Namun, anjuran ini lagi-lagi diabaikan oleh Rika hingga satu setengah tahun kemudian.

Baca juga: RS Dharmais Dapat Hibah untuk Kurangi Beban Kanker Payudara

“Saya udah dari YKI dan dibilang begitu, disuruh ke dokter onkologi langsung. Malah saya biarkan sampe satu setengah tahun kemudian. Ya itu, ada perasaan takut untuk mengetahui bahwa itu (dugaan kanker payudara) benar,” ujarnya.

Pada akhirnya, Rika pun memeriksakan diri ke dokter onkologi ketika benjolan di payudaranya semakin besar, dan terasa sakit di sekitarnya. Warna benjolan juga menjadi semakin gelap.

Rika menjalani biopsi pada benjolan dan pada September 2016, dia dinyatakan positif menderita kanker payudara.

Meski awalnya sulit, Rika akhirnya bisa menerima kondisinya berkat dukungan dan arahan dari dokter yang menanganinya, keluarganya dan juga kemauan kuat dalam dirinya untuk bisa menghadapi penyakit mematikan tersebutlah.

Dia mengikuti segala protokol yang diarahkan oleh dokter, mulai dari melakukan kemoterapi, penyinaran, serta obat hormon.

Baca juga: Tim Ilmuwan Inggris dan AS sedang Menelusuri Tanda Kelahiran Kanker

Sejak terdiagnosis dan mengikuti protokol dari dokter, Rika sudah melakukan kemoterapi sebanyak 30 kali, penyinaran sebanyak 6 kali, dan terapi obat hormon.

“Saya sudah 3 tahun terdiagnosis. Dokter saya bilang, tidak penting stadium berapa, yang penting itu bagaimana kita harusnya menerima kenyataan yang ada dan survive untuk dapat bertahan dan berjuang melanjutkan hidup ini," katanya.

"Hingga sekarang, saya akan terus menjalani pengobatan seumur hidup, ya karena kita tahu kanker itu adalah penyakit sepanjang jalan,” imbuh Rika lagi.

Berkaca dari pengalamannya, Rika berpesan kepada para penderita kanker payudara dan juga masyarakat pada umumnya untuk hidup sesehat mungkin. Caranya dengan mengikuti program CERDIK, yaitu cek kesehatan secara rutin, enyahkan asap rokok, rajin olahraga, diet seimbang, istirahat yang cukup, dan kelola stres.

Lalu, jika mengalami gejala-gejala kanker, segeralah melakukan cek ke dokter untuk segera mendapatkan penanganan yang tepat.

Rika mengakui bahwa menerima kemungkinan atau bahkan diagnosis kanker memang sulit, tetapi Anda tetap harus belajar menerimanya dan berusaha untuk bangkit melawan kanker. Salah satu caranya bisa dengan menemukan teman-teman yang senasib, baik penyintas maupun komunitas.

“Saya berproses ya. Enggak mungkin langsung menerima kalau ternyata kena kanker. Denial itu pasti, bisa berminggu-minggu atau berbulan-bulan, atau bahkan bertahun-tahun. Tapi, yang utama itu menurut saya, menerima, semangat, dan terus happy (bahagia), karena happy itu obat mujarab kalo menurut saya,” ucap dia.

Selain itu, Rika juga mengajak masyarakat untuk dapat ikut melakukan program CERDIK,

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com