Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penemuan yang Mengubah Dunia: Ganja, dari Obat Anestesi sampai Simbol Budaya Hippie

Kompas.com - 04/10/2019, 13:37 WIB
Sri Anindiati Nursastri

Penulis

KOMPAS.com – Artis Rifat Umar (26) ditangkap polisi pada Rabu (2/10/2019) dini hari. Usai melakukan tes urine, diketahui Rifat menggunakan narkoba jenis ganja dan sabu.

Cannabis sativa, begitu nama latin dari tanaman yang kita kenal sebagai ganja atau mariyuana. Selain Rifat Umar, sudah banyak figur publik Indonesia yang tertangkap polisi karena menggunakan narkoba khususnya ganja. Jefri Nichol dan Nunung adalah dua di antaranya.

Sebelum digunakan sebagai narkoba, ganja punya sejarah yang panjang. Eksistensinya sudah tersebar di berbagai wilayah dunia.

Baca juga: Kasus Jefri Nichol, Ganja Ternyata Bisa Obati 5 Penyakit Ini

Barney Warf, profesor geografi di University of Kansas, menjelaskan penggunaan ganja di Asia ribuan tahun lalu.

Ganja lebih banyak dipakai sebagai obat dan tujuan spiritual pada era premodern. Misalnya, Suku Viking dan Jerman kuno memanfaatkan ganja untuk meredakan sakit saat melahirkan dan sakit gigi,” tutur Barney, seperti dikutip dari National Geographic.

Berdasarkan sejarah tersebut, ganja kini telah legal di beberapa negara. Namun menurut Barney, ganja sebagai narkoba adalah hal yang baru.

“Gagasan mengenai ganja adalah obat berbahaya (narkoba) adalah pemikiran yang baru-baru ini dibangun,” tambahnya.

Artis sinetron dan pemain lenong Rifat Umar atau biasa juga dikenal dengan nama Rifat Sungkar, menjadi tersangka penyalahgunaan narkoba diamankan di Polda Metro Jaya, Kamis (3/10/2019).Dokumentasi Polda Metro Jaya Artis sinetron dan pemain lenong Rifat Umar atau biasa juga dikenal dengan nama Rifat Sungkar, menjadi tersangka penyalahgunaan narkoba diamankan di Polda Metro Jaya, Kamis (3/10/2019).

Di Indonesia, ganja diklasifikasikan sebagai narkotika golongan 1 berdasarkan UU No 9 Tahun 1976 kemudian UU No 35 Tahun 2009.

Sebelum ada larangan ketat terhadap penanaman dan kepemilikan serta penggunaan ganja, di Provinsi Aceh, daun ganja menjadi komponen masakan yang umum disajikan. Daun ini kerap dijadikan sayur dan campuran sambal.

Berdasarkan data BNN, selain Aceh, ganja juga ditanam secara ilegal di beberapa provinsi lainnya. Seperti Jambi, Bengkulu, Kalimantan, hingga Papua.

Dari Asia hingga Eropa

Tanaman ganja dipercaya pertama kali berevolusi di stepa Asia Tengah, khususnya di daerah yang kini dikenal sebagai Mongolia dan Siberia selatan. Dari buku berjudul “Marihuana: The First Twelve Thousand Years” keluaran Springer (1980) diketahui bahwa sejak dulu, ganja telah dibudidayakan oleh manusia.

“Ganja mungkin berkembang di tempat pembuangan yang kaya nutrisi dari pemburu prasejarah dan pengumpul,” tutur Barney dalam jurnalnya.

Biji ganja yang dibakar juga ditamukan dalam gundukan pemakaman di Siberia, disinyalir pada 3.000 SM. Di Xinjiang, China, ganja psikoaktif ditemukan di beberapa makam orang-orang mulia.

Baca juga: Jefri Nichol Ditahan karena Ganja, Obat Ini Berisiko Picu Skizofrenia

Di China, ganja pertama kali dimanfaatkan sebagai obat adalah pada 4.000 SM. Ramuan ganja digunakan sebagai anestesi selama operasi.

Dari China, orang pesisir membawa ganja ke Korea. Berdasarkan buku “The Archaeology of Korea” keluaran Cambridge University Press (1993), ganja tiba di Asia Selatan antara tahun 2.000-1.000 SM ketika wilayah tersebut diserang oleh Bangsa Arya (Indo-Eropa).

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau