Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penemuan yang Mengubah Dunia: Hujan Buatan, Lahir karena Gangguan Perjalanan Pesawat

Kompas.com - 20/09/2019, 17:03 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

Selama perang, mereka menemukan beberapa perangkat penting, termasuk filter masker gas, detektor kapal selam dan mesin untuk menghasilkan awan asap untuk menyembunyikan manuver militer.

Vincent Joseph Schaeferfindagrave Vincent Joseph Schaefer

Pada 1946, ia berhasil menarik perhatian dunia berkat penelitiannya. Schaefer berhasil menjawab pertanyaan, mengapa es dapat menggangu jalannya penerbangan pesawat melalui sebuah penelitian kecil.

Bersama dengan anggota laboratorium, ia berhasil membuat badai salju pertama di laboratorium. Schaefer mendorong curah hujan di luar ruangan, memecahkan banyak misteri hujan dan salju yang telah membingungkan para ilmuwan.

Setelah itu, dirinya mencoba eksporasi lain mengenai teknik pembuatan awan secara otodidak.

Dengan menggandakan efek dari pesawat terbang di atas sebuah gunung Massachusetts, Schaefer menggunakan 2,7 kilogram bahan kimia kering yang dibuang ke awan.

Hasilnya menunjukkan bahwa penelitiannya bisa menghasilkan salju buatan dan hujan yang berguna.

Bersama temannya, Bernard Vonnegut, Schaefer kemudian mengembangkan perak iodida untuk digunakan sebagai benih awan.

Dilansir dari New York Times, dia mendapat pujian dari berbagai pihak karena bisa mengembangkan sesuatu mengenai cuaca. Salah satunya adalah teknik tentang mengembangkan hujan buatan.

Situasi ini terus berkembang dan menjadikan harapan mampu untuk melawan kekeringan, mendendalikan badai, dan bisa memadamkan kebakaran hutan.

Namun muncul kekhawatiran bahwa teknik ini akan menggangu sistem pola cuaca yang telah berkembang dan juga berakibat mendatangkan cuaca yang buruk.

The Saturday Evening Post mencatat bahwa setelah penyemaian, hal itu masih sulit mendatangkan awan. Meskipun demikian, teknik ini dilakukan di beberapa negara untuk membersihkan awan pada bandara.

Schaefer kemudian menemukan dan mengarahkan Pusat Penelitian Ilmu Atmosfer di Universitas Negeri New York di Albany.

Baca juga: Penemuan yang Mengubah Dunia: Bulu Tangkis, Bermula dari Mesir Kuno

Dirinya juga membantu mendirikan Pusat Penelitian Ilmu Atmosfer (ASRC) pada 1960 dan menjabat sebagai Direktur Penelitiannya sampai 1966 ketika ia menjadi Direktur.

Pada 1970-an, kepentingan penelitian Schaefer sendiri berfokus pada energi matahari, aerosol, gas, kualitas udara, dan partikel polusi di atmosfer. Karyanya di beberapa tempat mulai dikenal tentang "Kualitas Udara dalam Skala Global" pada 1978.

Vincent Schaefer meninggal pada 25 Juli 1993 di Schenectady, New York, pada usia 87 tahun. Karya masih banyak digunakan sampai sekarang dan membantu banyak bidang, terutama tentang perkembangan cuaca.

Sumber: Kompas.com (Aswab Nanda Pratama)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com