KOMPAS.com - Beberapa waktu belakangan pinjaman uang berbasis online atau fintech menjadi perhatian masyarakat.
Fintech sendiri dengan cepat mendapat hati di masyarakat karena kemudahannya untuk meminjam uang. Tapi, di balik kemudahan yang ditawarkan, fintech justru punya sisi gelap.
Beberapa kasus yang terungkap, para peminjam mengeluhkan jumlah bunga yang besar.
Selain itu, perilaku fintech yang menagih pun tak kalah menyebalkan. Mulai dari meneror kontak peminjam hingga menyebarkan foto peminjam disertai iklan yang melecehkan.
Baca juga: Ingin Pinjam Uang lewat Fintech Online, Ikuti 3 Prinsip Ini
Pinjaman online adalah bentuk baru dari perilaku berutang masyarakat. Tapi, kebiasaan utang ini sudah ada jauh sebelum pinjaman berbasis online muncul.
Bahkan, utang sudah dikenal oleh manusia sejak awal peradaban.
Uniknya, selama ribuan tahun, premis utang tak pernah berubah yaitu memindahkan kekayaan sementara pada orang lain dengan kepercayaan akan dilunasi.
Utang mengubah dunia, terutama pada pertumbuhan ekonomi. Utang pada memicu pertumbuhan ekonomi global, komersial, dan industri.
Bisa dikatakan, tanpa utang, tidak akan terjadi kolonisasi dunia baru hingga revolusi industri.
Catatan utang paling lama berasal dari Mesopotami sekitar tahun 2000 sebelum masehi (SM). Pinjaman paling awal bermula dari komunitas pertanian.
Saat itu, para petani Mesopotamia berutang dengan logika sederhana, menanam satu biji akan menghasilkan ratusan biji lain.
Hal ini kemudian membuat petani-petani itu mulai meminjam benih dan akan dibayar ketika musim panen datang.
Cara ini kemudian berkembang pada hewan ternak. Hewan akan dipinjam dan baru dikembalikan ketika anakan lahir.
Pinjaman berupa logam mulai dan uang mulai ada sekitar tahun 1754 SM. Literatur bernama Code of Hammurabi menjadi bukti aturan mengenai utang.
Literatur tersebut dikeluarkan oleh Raja Babilonia ke-6. Pada masa itu, perak mulai populer sebagai komoditas perkotaan.