Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Maria Clara Yubilea, Berencana S2 di Amerika demi Pendidikan Gifted Indonesia (Bagian III)

Kompas.com - 04/09/2019, 17:45 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

"Saya guru seni musik. Lainnya teman saya, guru di SLB, dan anak-anak lulusan PLB. Alih jurusan bukan hal yang mudah ternyata karena saya belajar teori dari awal," kenang Patricia.

Perjalanan Patricia menempuh studi tidak mudah.

Beberapa kolega menjadikannya bahan bercanda karena hendak menjadikan putrinya sebagai kelinci percobaan atas teori Pendidikan Luar Biasa yang diperolehnya di dalam ruang kuliah.

Patricia tak bergeming dengan tudingan tersebut.

Untuk mendukung studinya, Patricia juga harus mengejar ketertinggalan ilmu dengan menumpang belajar di SLB Marganingsih Tajem.

Di sana ia memperoleh teori terkait pendidikan luar biasa sekaligus mempraktikkannya secara langsung.

"Setiap kamis dan Jumat saya kesana. Membantu mengajar, dan belajar teori-teori PLB. Tidak dibayar, karena saya yang membutuhkan," ungkap Patricia.

Patricia ingin terus mempelajari tentang gifted karena dia merasa banyak masyarakat belum memahami tentang kondisi spesial ini.

Seringkali gifted disamakan dengan autisme, padahal berbeda.

"Nampak sama, tapi berbeda," kata Patricia.

Baca juga: Memahami Gifted dan Berkebutuhan Khusus Lewat Maria Clara Yubilea

Dia memberi contoh, anak autisme memang suka melakukan hal berulang, sebagai contoh bertepuk tangan. Anak autisme bertepuk tangan karena memang mereka suka melakukan itu.

Namun ketika anak gifted terus menerus bertepuk tangan, sebenarnya dia sedang berpikir kenapa bertepuk tangan bisa menimbulkan bunyi, kenapa bunyinya bisa berbeda.

"Ekspresi wajah berbeda (autisme dan gifted). Anak gifted melakukan sesuatu karena rasa ingin tahunya," kata Patricia.

Kesibukan setelah kuliah

Anak semata wayang meraih gelar sarjana, disebut Boy dan Patricia baru awal mula dari perjalanan panjang.

"Kita harus bisa menggali potensi anak dan jangan memaksakan kehendak. Untuk anak-anak gifted tidak bisa dipaksa, kita harus dapat memberikan mereka penjelasan secara logis," ujar Patricia.

Halaman:


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau