Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Seri Baru Jadi Ortu: Apa Jamu Pelancar ASI Manjur dan Aman Diminum?

Kompas.com - 03/09/2019, 19:00 WIB
Gloria Setyvani Putri

Editor

Sumber

Asam jawa

Bahan lain yang juga tak kalah sering dicampur bersama jamu pelancar ASI yakni asam jawa. Ada berbagai kandungan zat gizi di dalam bahan alami yang satu ini.

Mulai dari protein, lemak, hidrat arang, kalsium, vitamin A, vitamin B1, hingga vitamin C. Melihat aneka kandungan kimiawi yang ada di dalam asam jawa, membuat bahan tradisional yang satu ini kerap digunakan dalam pembuatan jamu untuk ibu menyusui.

Hal ini dikarenakan asam jawa dinilai bisa membantu menjaga kesehatan fisik ibu nifas, sekaligus mempercepat pemulihan tubuh pasca melahirkan. Dengan begitu, secara tidak langsung asam jawa dapat memengaruhi produksi ASI selama menyusui.

Tidak berhenti sampai di situ, asam jawa juga sudah sejak lama dipercaya mampu menyembuhkan berbagai penyakit. Contohnya asma, batuk, demam, alergi, luka, bisul, hingga bengkak pada kulit karena disengat serangga.

Adas

Adas memiliki sifat diuretik, dan aromanya dapat mengurangi nafsu makan.SHUTTERSTOCK Adas memiliki sifat diuretik, dan aromanya dapat mengurangi nafsu makan.

Adas merupakan salah satu komponen yang biasanya dijadikan bahan dalam pembuatan minyak telon. Meski begitu, tanaman yang satu ini juga kerap dimanfaatkan untuk menghasilkan jamu pelancar ASI.

Ini karena adas mengandung senyawa flavonoid dan coumarins. Kedua senyawa tersebut termasuk dalam kelompok fitoestrogen yang dapat membantu merangsang produksi ASI.

Lempuyang

Ilustrasi lempuyang Ilustrasi lempuyang
Lempuyang adalah tanaman yang rimpangnya sering dimanfaatkan sebagai bahan dasar untuk pengobatan. Sama seperti kunyit, lempuyang juga memiliki kandungan minyak atsiri di dalamnya, seperti limonan dan zerumbon.

Selain bisa dimanfaatkan dalam campuran jamu pelancar ASI, lempuyang juga bermanfaat untuk mengembalikan kondisi kesehatan tubuh ibu setelah melahirkan.

Daun katuk

Ilustrasi daun katuk Ilustrasi daun katuk
Badan Litbangkes Kementerian Kesehatan RI, menyebutkan daun katuk sebagai salah satu tanaman yang paling sering ditemukan dalam jamu pelancar ASI. Hal ini bukan tanpa alasan.

Di samping kaya akan kandungan protein, lemak, kalsium, fosfor, besi, vitamin A, vitamin B1, dan Vitamin C, daun dengan nama latin Sauropus androgynus ini juga dipenuhi oleh zat polifenol dan steroid.

Kandungan polifenol dan steroid dapat meningkatkan jumlah hormon prolaktin di dalam tubuh. Tingginya kadar prolaktin berperan dalam peningkatan jumlah ASI pada payudara, sekaligus mempercepat dan melancarkan produksinya.

Berbagai kandungan zat gizi dalam daun katuk tersebutlah yang nantinya dapat membantu mencukupi kebutuhan zat gizi harian Anda dan si kecil.

Daun bangun-bangun alias daun jintan

Ilustrasi daun bangun-bangun atau daun jintan Ilustrasi daun bangun-bangun atau daun jintan
Daun bangun-bangun merupakan jenis daun yang banyak ditemukan di daerah Sumatra Utara. Daun yang juga dikenal dengan nama daun jintan dan memiliki nama latin Plectranthus amboinicus ini, ternyata terkenal mampu melancarkan ASI.

Bahkan, bisa turut memengaruhi peningkatan berat badan bayi dan memenuhi kebutuhan mineral di dalam tubuh. Meliputi zat besi, kalium, seng, dan magnesium.

Menariknya, kandungan kalium di dalam daun bangun-bangun bisa berkhasiat untuk membersihkan darah, melawan serangan infeksi, dan memberikan rasa tenang. Alhasil, proses menyusui bisa lebih mudah dan lancar.

Itulah mengapa pada beberapa jamu pelancar ASI, daun bangun-bangun dijadikan sebagai salah satu bahan dasarnya. Terlepas dari hal tersebut, jenis daun yang satu ini ternyata juga kaya akan berbagai zat gizi penting bagi tubuh ibu dan bayi.

Menurut Data Komposisi Pangan Indonesia, dalam 100 gram (gr) daun bangun-bangun tersimpan aneka nutrisi. Mulai dari 27 kalori, 1,3 gr protein, 0,6 gr lemak, 4 gr karbohidrat, hingga 1 gr serat.

Berbagai vitamin dan mineral juga tak kalah banyak terkandung di dalam daun bangun-bangun. Baik itu kalsium, natrium, zat besi, fosfor, kalium, vitamin B, vitamin C, dan lain sebagainya.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com