Mulai dari jamu cair yang bisa langsung diminum, diolah menjadi pil, maupun bubuk yang harus diseduh terlebih dahulu.
Para ibu menyusui mungkin sudah tidak asing dengan manfaat jamu yang disebut-sebut sebagai pelancar ASI. Terlebih, proses peracikan jamu tidak begitu sulit, mudah ditemui, bahkan harganya yang terbilang murah.
Dilansir Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), jamu telah digunakan secara turun-temurun selama berpuluh-puluh atau mungkin ratusan tahun.
Penggunaan jamu selama ratusan tahun juga membuktikan bahwa, manfaat ramuan herbal yang diracik dari campuran berbagai tumbuh-tumbuhan telah terbukti keamanan dan untuk tujuan kesehatan tertentu. Atas dasar ini pula, jamu dipercaya bisa membantu menjadi pelancar ASI pada ibu menyusui.
Alasan lainnya, karena jamu dikenal sebagai bahan tradisional dan alami. Hal ini tentu menjadi daya tarik tersendiri bagi para ibu menyusui.
Pasalnya, tidak semua obat-obatan boleh diminum selama menyusui. Itu sebabnya, jamu dianggap lebih aman ketimbang obat-obatan yang berisiko menimbulkan efek samping terhadap kesehatan. Baik pada ibu maupun bayinya.
Benarkah jamu pelancar ASI manjur?
Hal selanjutnya yang mungkin jadi pertanyaan Anda, apakah jamu efektif sebagai pelancar ASI atau tidak. Sebenarnya, bahan-bahan yang biasa digunakan dalam pembuatan jamu pelancar ASI merupakan laktogogue.
Laktogogue adalah bahan atau zat yang dipercaya bisa membantu merangsang, memperbanyak, serta mempertahankan jumlah ASI pada ibu menyusui. Benarkah demikian?
Sebuah penelitian yang dilakukan di daerah Pekalongan, Jawa Tengah, meminta sekitar 89 responden ibu menyusui untuk rutin minum jamu. Ramuan jamu ini diolah dari racikan daun katuk, kunyit, lempuyangan, dan asam jawa yang ditumbuk dan kemudian airnya direbus.
Penggunaan berbagai bahan-bahan tradisional di dalam jamu tersebut, dipercaya mengandung zat yang dapat berguna sebagai pelancar produksi ASI. Hasil dari penelitian yang diterbitkan tahun 2012 pun ternyata positif.
Ibu yang rutin minum jamu selama masa nifas (setelah melahirkan) dan menyusui, berpeluang 4 kali lebih besar untuk mengalami peningkatan produksi ASI daripada ibu yang tidak minum jamu. Selain itu, penelitian pada ibu nifas dan menyusui di Kabupaten Tegal, juga memiliki hasil yang serupa.
Penelitian yang dimuat dalam Jurnal SIKLUS di tahun 2018, mengamati ibu menyusui yang rutin minum jamu dari aneka campuran bahan alami. Meliputi kencur, kunyit, lempuyang, daun katuk, temu giring, hingga temulawak.
Bentuk sediaan jamu yang diminum ibu menyusu ini beragam. Ada yang bisa langsung diminum, maupun dikemas dalam bentuk pil.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, didapatkan kesimpulan bahwa kandungan bahan di dalam jamu bermanfaat baik sebagai pelancar ASI. Bahkan, jamu juga dinilai dapat membantu menjaga daya tahan dan mempercepat proses pemulihan tubuh ibu usai melahirkan.
Mendukung hal yang sama, Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional Tawangmangu juga meneliti mengenai jamu sebagai pelancar ASI.
Hasilnya, ramuan dari daun katuk, daun bangun-bangun, dan daun pepaya, terbukti dapat membantu meningkatkan jumlah ASI ibu menyusui. Peningkatan produksi ASI ini didapatkan setelah ibu menyusui rutin minum ramuan tradisional tersebut selama 28 hari.
Mengenal bahan alami dalam jamu pelancar ASI
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, jamu pelancar ASI diolah dari berbagai campuran tanaman dan bahan tradisional. Bukan sembarang bahan atau tanaman, karena sebenarnya semua komposisi ini tergolong ke dalam laktogogue.
Berikut bahan dasar yang biasanya digunakan dalam olahan jamu pelancar ASI:
Kunyit
Kunyit juga diperkaya dengan minyak atsiri yang dikenal bisa membantu meningkatkan produksi ASI. Di sisi lain, kandungan zat gizi yang beragam pada kunyit seperti karbohidrat, protein, vitamin C, kalium, serta fosfor, turut mencukupi kebutuhan gizi ibu menyusui.
Itulah mengapa kunyit sering dijadikan bahan campuran dalam ramuan jamu pelancar ASI.
Asam jawa
Bahan lain yang juga tak kalah sering dicampur bersama jamu pelancar ASI yakni asam jawa. Ada berbagai kandungan zat gizi di dalam bahan alami yang satu ini.
Mulai dari protein, lemak, hidrat arang, kalsium, vitamin A, vitamin B1, hingga vitamin C. Melihat aneka kandungan kimiawi yang ada di dalam asam jawa, membuat bahan tradisional yang satu ini kerap digunakan dalam pembuatan jamu untuk ibu menyusui.
Hal ini dikarenakan asam jawa dinilai bisa membantu menjaga kesehatan fisik ibu nifas, sekaligus mempercepat pemulihan tubuh pasca melahirkan. Dengan begitu, secara tidak langsung asam jawa dapat memengaruhi produksi ASI selama menyusui.
Tidak berhenti sampai di situ, asam jawa juga sudah sejak lama dipercaya mampu menyembuhkan berbagai penyakit. Contohnya asma, batuk, demam, alergi, luka, bisul, hingga bengkak pada kulit karena disengat serangga.
Adas
Adas merupakan salah satu komponen yang biasanya dijadikan bahan dalam pembuatan minyak telon. Meski begitu, tanaman yang satu ini juga kerap dimanfaatkan untuk menghasilkan jamu pelancar ASI.
Ini karena adas mengandung senyawa flavonoid dan coumarins. Kedua senyawa tersebut termasuk dalam kelompok fitoestrogen yang dapat membantu merangsang produksi ASI.
Lempuyang
Selain bisa dimanfaatkan dalam campuran jamu pelancar ASI, lempuyang juga bermanfaat untuk mengembalikan kondisi kesehatan tubuh ibu setelah melahirkan.
Daun katuk
Di samping kaya akan kandungan protein, lemak, kalsium, fosfor, besi, vitamin A, vitamin B1, dan Vitamin C, daun dengan nama latin Sauropus androgynus ini juga dipenuhi oleh zat polifenol dan steroid.
Kandungan polifenol dan steroid dapat meningkatkan jumlah hormon prolaktin di dalam tubuh. Tingginya kadar prolaktin berperan dalam peningkatan jumlah ASI pada payudara, sekaligus mempercepat dan melancarkan produksinya.
Berbagai kandungan zat gizi dalam daun katuk tersebutlah yang nantinya dapat membantu mencukupi kebutuhan zat gizi harian Anda dan si kecil.
Daun bangun-bangun alias daun jintan
Bahkan, bisa turut memengaruhi peningkatan berat badan bayi dan memenuhi kebutuhan mineral di dalam tubuh. Meliputi zat besi, kalium, seng, dan magnesium.
Menariknya, kandungan kalium di dalam daun bangun-bangun bisa berkhasiat untuk membersihkan darah, melawan serangan infeksi, dan memberikan rasa tenang. Alhasil, proses menyusui bisa lebih mudah dan lancar.
Itulah mengapa pada beberapa jamu pelancar ASI, daun bangun-bangun dijadikan sebagai salah satu bahan dasarnya. Terlepas dari hal tersebut, jenis daun yang satu ini ternyata juga kaya akan berbagai zat gizi penting bagi tubuh ibu dan bayi.
Menurut Data Komposisi Pangan Indonesia, dalam 100 gram (gr) daun bangun-bangun tersimpan aneka nutrisi. Mulai dari 27 kalori, 1,3 gr protein, 0,6 gr lemak, 4 gr karbohidrat, hingga 1 gr serat.
Berbagai vitamin dan mineral juga tak kalah banyak terkandung di dalam daun bangun-bangun. Baik itu kalsium, natrium, zat besi, fosfor, kalium, vitamin B, vitamin C, dan lain sebagainya.
Daun pepaya
Daun dengan nama ilmiah Carica papaya ini merupakan tanaman selain daun katuk yang juga dikenal baik untuk membantu meningkatkan produksi ASI. Seperti disebutkan oleh Badan Litbangkes Kementerian Kesehatan RI.
Di samping itu, daun pepaya juga menyumbang sejumlah zat gizi yang bagi Anda dan si kecil. Dalam 100 gr daun pepaya, terkandung 87 kalori, 8 gr protein, 11,9 gr karbohidrat, 2 gr lemak, serta 1,5 gr serat.
Berbagai vitamin dan mineral lainnya juga tak luput hadir di dalam tanaman dengan struktur tulang daun menjari ini. Menurut penelitian dari B2P2TOOT Tawangmangu, daun pepaya bisa dijadikan jamu dengan takaran dosis sekitar 5 gr per hari.
Namun tidak diolah sendiri, melainkan dicampur bersama dengan daun katuk dan daun bangun-bangun. Semua daun-daun tersebut kemudian dicuci bersih, dijemur, dan dikeringkan di dalam oven bersuhu 50 derajat Celcius.
Keamanan minum jamu pelancar ASI selama menyusui
Manfaat minum jamu pelancar ASI selama menyusui memang sudah cukup terbukti di masyarakat. Namun, bagaimana dengan keamanannya?
Melihat dari segi keamanan, penelitian dari B2P2TOOT Tawangmangu berpendapat bahwa jamu pelancar ASI terbilang baik dan aman diminum oleh ibu menyusui.
Pasalnya, setelah ibu menyusui rutin minum jamu pelancar ASI selama 28 hari, tidak ditemukan adanya gangguan atau perubahan pada fungsi organ ginjal dan hati.
Sebagai gambaran, penelitian tersebut bukan sekadar memberikan ramuan jamu saja bagi para ibu menyusui. Akan tetapi, juga dilakukan pemeriksaan laboratorium untuk ibu.
Mencakup pemeriksaan darah, gula darah sewaktu, fungsi hati (SGOT dan SGPT), dan fungsi ginjal (Ur dan Cr). Hal ini bertujuan untuk mengetahui penyakit yang mungkin sudah dimiliki ibu, sekaligus untuk mengenali kondisi organ hati dan ginjal sejak awal.
Jadi, bisa dilakukan pemantauan bila nantinya muncul efek samping tertentu pada kedua organ tubuh tersebut selama dan setelah pemberian jamu. Kesimpulan tersebut sedikit berbeda dengan hasil keamanan minum jamu yang didapatkan oleh penelitian dalam jurnal SIKLUS.
Pada penelitian tersebut, salah satu ibu menyusui mengalami tekanan darah tinggi sehingga merasa pusing setiap kali minum jamu. Setelah diamati, beberapa jenis jamu kandungannya adalah flavonoid.
Di dalam tubuh, flavonoid bekerja dengan cara menghambat aktivitas ACE alias angiotensin converting enzyme. Padahal, ACE merupakan enzim didalam tubuh yang dapat berperan dalam menaikan tekanan darah.
Jadi, seharusnya kandungan flavonoid dapat membantu menurunkan tekanan darah. Hal ini bertentangan dengan hasil penelitian tersebut.
Namun demikian, saat frekuensi minum jamu pelancar ASI yang mengandung flavonoid dikurangi menjadi 1 kali sehari, keluhan peningkatan tekanan darah pada ibu menyusui tidak lagi dirasakan.
Kuncinya, konsultasikan dulu dengan dokter
Sebagai kesimpulannya, sebenarnya Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) tidak menyarankan konsumsi jamu selama masa menyusui. Sebab dikhawatirkan akan timbul efek samping pada ibu maupun bayinya.
Namun, jika Anda merasa tidak ada masalah selama minum jamu pelancar ASI dan ingin merutinkan konsumsinya, tidak ada salahnya untuk berkonsultasi lebih lanjut dengan dokter.
Biasanya dokter akan menyarankan perlu atau tidaknya minum jamu pelancar ASI, dengan memeriksa kondisi kesehatan Anda terlebih dahulu. Kondisi kesehatan tertentu mungkin tidak dianjurkan untuk minum jamu, terlebih di masa menyusui.
Jika dipaksakan, hal ini justru berisiko memengaruhi kondisi kesehatan Anda maupun si kecil. Tak perlu khawatir, karena Anda masih bisa mencoba berbagai cara memperbanyak ASI lainnya guna mengoptimalkan produksinya untuk si kecil.
https://sains.kompas.com/read/2019/09/03/190000623/seri-baru-jadi-ortu--apa-jamu-pelancar-asi-manjur-dan-aman-diminum-