Hal-hal ini pun akhirnya berpengaruh kepada sistem kekebalan tubuh dan membuat anak rentan terkena penyakit.
Orangtua bisa mencoba untuk mengontrol stres pada anak yang mengalami autisme, tetapi ada batasannya. Segeralah lakukan tindakan terapi dengan ahli jika anak sudah mengalami efek yang darurat seperti berikut:
1. Menyakiti atau melukai diri sendiri
Jura bercerita bahwa tidak sedikit pasiennya yang mengalami stres dengan autisme melakukan hal-hal buruk terhadap dirinya sendiri.
"Misal, ada yang bahkan pernah memuntahkan atau meludah pada dirinya sendiri karena benci terhadap dirinya sendiri. Hal ini sudah dianggap darurat," ujar Jura.
Contoh lainnya, ada pasien yang suka membenturkan kepala ke dinding dan benda-benda lainnya.
Jika mendapati anak melakukan tindakan yang menyakiti atau melukai diri sendiri, segeralah minta pertolongan ahli untuk menangani.
2. Depresi kronis
Depresi kronis ini bisa ditandai dengan prubahan cara anak melihat, memandang, memikirkan sesuatu atau bahkan membicarakan sesuatu.
Perlu diwaspadai terutama ketika anak sudah membicarakan tentang kematian. Hal tersebut menandakan bahwa anak dengan autisme telah memiliki keinginan tersebut dalam benaknya.
3. Berpikir untuk melukai orang lain
Respons anak dengan autisme terhadap stres tidak selalu mengarah ke dirinya sendiri, tetapi juga bisa ke orang lain. Apalagi bila orang tersebut merupakan pemicu stresnya.
Bila merasa terancam, anak dengan autisme bisa mengalami respons sistem saraf di luar jalurnya dan berpikir untuk melukai atau bahkan membunuh orang lain.
Baca juga: Jangan Abaikan Anak Autis, Lakukan Diagnosa Dini dan Gali Potensinya
Anda bisa melakukan beberapa cara di bawah ini untuk mengendalikan stres yang dialami anak dengan autisme.
1. Jelaskan tentang autisme