Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BMKG Jelaskan Penyebab Musim Hujan 2019/2020 di Indonesia Terlambat

Kompas.com - 20/08/2019, 20:06 WIB
Ellyvon Pranita,
Shierine Wangsa Wibawa

Tim Redaksi

Menurut Adi, suhu muka laut di Indonesia masih dingin hingga Oktober 2019 sehingga penguapan yang berpotensi bagi pertumbuhan awan-awan hujan masih kurang hingga Oktober.

"Kalau tidak panas suhu muka laut, maka tidak ada penguapan. Sedangkan awan itu terbentuk paling banyak dari penguapan air laut. Makanya untuk hujan alami ataupun (membuat) hujan buatan juga sulit," ujar Adi.

4. Monsun (angin)

Awal musim hujan erat kaitannya dengan mulai dominannya Monsun Asia (angin baratan) yang mengalirkan udara basah dari Benua Asia melewati wilayah Indonesia dan bergerak menuju benua Australia.

BMKG memprediksi peralihan angin timuran menjadi angin baratan (Monsun Asia) pada tahun ini akan terlambat.

Baca juga: Kemarau Kok Suhu Dingin? BMKG Ungkap Penyebabnya Dry Intrution

Monsun Asia akan datang ke Indonesia dimulai dari wilayah Sumatera bagian utara pada bulan November 2019, lalu wilayah Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi pada Desember 2019. Namun, pada Januari 2020, Monsun Asia diprediksi telah dominan aktif di seluruh wilayah Indonesia.

“Perubahan angin timur (kering) menjadi angin barat (basah) juga terlambat dan baru aktif di November (2019),” kata Adi.

5. MJO (Madden Julian Oscillation)

Masih menurut Adi, MJO adalah gangguan atmosfer di atas equator skala luas yang bergerak dari barat Samudra Hindia hingga timur Samudra Pasifik. MJO menggangu dalam periode musim yang dalam istilah iklimnya disebut sebagai Subseasonal to Seasonal (S2S).

Ketika fase MJO aktif dan bergerak di atas wilayah Indonesia, fenomena yang menggangu ialah wilayah Indonesia akan basah (bertambah basah). Sebaliknya setelah MJO melewati wilayah Indonesia dan bergerak menuju laut pasifik maka yang terjadi adalah hujan akan berkurang, bahkan semakin bertambah kering.

Baca juga: Musim Hujan Bakal Terlambat, Ini Saran BMKG untuk Antisipasi Kekeringan

“Biasanya periode siklus MJO terjadinya 40-60 harian, terus bergerak dari barat ke timur. Ketika melintas di wilayah Indonesia pada fase 4 dan 5, waktunya pendek sekitar 3-4 hari menggangunya, makanya hujan di Indonesia menjadi bertambah atau meningkat,” jelas Adi.

Nah ketika meninggalkan wilayah Indonesia, MJO justru membuat curah hujan berkurang atau kering selama berapa hari meskipun sedang musim hujan.

"Itulah kenapa MjO disebut fenomena gangguan di dalam periode musim," jelas Adi.

Dikatakan Adi, khusus wilayah Jawa, Bali, Nusa Tenggara, awal musim hujan yang biasanya terjadi pada Oktober-November akan mundur ke November-Desember.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com