Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Musim Hujan Bakal Terlambat, Ini Saran BMKG untuk Antisipasi Kekeringan

Kompas.com - 19/08/2019, 10:44 WIB
Ellyvon Pranita,
Shierine Wangsa Wibawa

Tim Redaksi

KOMPAS.com- Musim kemarau tahun 2019 ini telah dinyatakan akan terlambat oleh BMKG. Sebagian besar wilayah Indonesia akan mengalami episode kekeringan yang lebih lama dibandingkan biasanya.

Lantas, bagaimana kita bisa bersiap menghadapi kekeringan yang terjadi tahun ini?

Kepala Deputi Bidang Klimatologi BMKG, Drs Herizal M.Si yang dihubungi oleh Kompas.com, Sabtu (17/8/2019) menekankan pentingnya mencegah kebakaran dengan tidak menyalakan api di tempat-tempat yang mudah terbakar.

"Ya kita berharap jangan sampai terjadi kebakaran besar. Karena potensi kebakaran di musim kemarau dan kekeringan panjang itu sangat mungkin. Makanya, jaga dan hindari bersama," ujar Herizal.

Baca juga: BMKG: Musim Kemarau Tahun Ini Lebih Lama, Harap Waspada Kekeringan

Daerah yang sangat berpotensi mengalami kebakaran di musim kemarau panjang seperti ini ialah lahan gambut yang umumnya mengalami kekeringan hingga ke dasarnya saat musim kemarau.

"Lahan gambut itu kayak spons. Kalau kebakaran, meski kelihatannya (di atasnya) padam. Tapi bebatuan di bawah lahannya masih menyimpan panas. Dipancing sedikit juga bisa kebakaran lagi," ujarnya.

Dia pun mengatakan, kita tidak ada yang mau kejadian kabut asap terparah pada tahun 2015 kemarin terulang lagi di Indonesia. Nah, itu sumbernya banyak dari kebakaran lahan gambut.

Terkait air, Herizal meminta masyarakat untuk berhemat air atau menampung air sebagai persiapan saat puncak kekeringan terjadi di daerah masing-masing.

"Kalau kurang air, yang terutama jadi masalah itu susah minum dan mudah dehidrasi. Selebihnya barulah untuk kegiatan sehari-hari masak, mencuci ataupun mandi. Jadi kalau sudah persiapan dan hemat dari sekarang mudah-mudahan aman saja waktu puncak kekeringan terjadi nanti," ujarnya.

Baca juga: Pada Bulan Apakah Musim Hujan 2019/2020 Tiba di Indonesia?

Lalu, masyarakat juga harus mulai menjaga kesehatan dan daya tahan tubuh karena debu dan polusi udara biasanya menjadi semakin parah ketika kekeringan.

Bagi masyarakat yang bekerja di sektor pertanian, Herizal berpesan agar mempertimbangkan dan merancang pola pertanian yang sesuai dengan lahan yang mengering dan cuaca yang panas ketika siang hari.

"Para petani mungkin akan sangat terpengaruh oleh kekeringan yang melanda ini. Makanya bagusnya petani mengantisipasinya dengan menanam tanaman yang sesuai dengan cuaca yang ada, agar enggak sampai gagal panen nanti," kata Herizal.

Hal serupa juga diungkapkannya untuk masyarakat di sektor perikanan atau nelayan.

"Sektor perikanan juga terpengaruh oleh iklim yang kering begini. Ya, baik itu yang melakukan budi daya ataupun langsung ngambil di alam seperti nelayan, (mereka) juga harus siap-siap dengan pola menangkap ikan yang sesuai di musim kering begini," imbuh Herizal.

Baca juga: Kemarau Kok Suhu Dingin? BMKG Ungkap Penyebabnya Dry Intrution

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau