Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BMKG: Tunggu Bibit Awan, Baru Lakukan Hujan Buatan

Kompas.com - 16/08/2019, 20:08 WIB
Ellyvon Pranita,
Shierine Wangsa Wibawa

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Prediksi kekeringan yang akan berlangsung lebih lama di musim kemarau tahun 2019 ini, menjadi kekhawatiran bagi masyarakat.

Pasalnya, curah hujan yang sangat kurang di sebagian besar wilayah Indonesia akan memberi beberapa dampak kekeringan, seperti polusi udara karena debu tanah, kekurangan air bersih, hingga kegagalan panen.

Lantas, apakah tidak ada kemungkinan untuk melakukan hujan buatan dalam menanggulangi kekeringan yang terjadi saat ini?

Menjawab persoalan tersebut, dalam konferensi pers, Jumat (16/8/2019), Kepala BMKG, Prof Dr Dwikorita Karnawati MSc menjelaskan bahwa pemerintah telah bekerjasama untuk siaga dengan kemungkinan kondisi akan melakukan hujan buatan.

Baca juga: Pada Bulan Apakah Musim Hujan 2019/2020 Tiba di Indonesia?

"Ya, sebenarnya tidak hanya BMKG, pemerintah beserta BPPT (dan) BNPT juga sudah melakukan persiapan dari beberapa bulan yang lalu dan sudah merancang teknologi untuk hujan buatan," kata Dwi.

"Persoalannya saat ini untuk melakukan hujan buatan itu butuh yang namanya bibit-bibit awan. Sementara bibit awan itu minim sekali di iklim yang sekarang," imbuhnya.

Bahkan, pemantauan mengenai bibit awan yang bisa digunakan untuk melakukan hujan buatan sudah dilakukan melalui satelit. Namun, hasilnya menunjukkan bahwa tidak ada awan yang bisa dimanfaatkan untuk disemai.

Baca juga: Atasi Pencemaran Udara Jakarta, BPPT Akan Turunkan Hujan Buatan

"Angkasa Indonesia saat ini bahkan dipantau dari satelit juga bersih dari awan, maka dari itu sulit mau buat hujan buatan," ujarnya.

Meskipun begitu, BMKG akan terus melakukan pemantauan di beberapa posko wilayah untuk mengetahui kondisi cuaca dan penanganan yang akan dilakukan ke depannya.

Selanjutnya, masih menurut Dwi, jika pun hujan buatan bisa dilakukan; maka hanya wilayah penghasil pangan, seperti persawahan ataupun ladang pertanian lainnya, yang akan didahulukan untuk dilakukan perairan.

"Kalau pun bisa, yang didahulukan pasti ladang pertanian dan persawahan. Soalnya kita semua butuh itu untuk makan," jelas Dwi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com