Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Seri Baru Jadi Ortu: Lebih dari Usia 2 Tahun Anak Tak Lagi Butuh Susu

Kompas.com - 15/08/2019, 17:00 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

KOMPAS.com - Setelah anak tamat ASI, biasanya orangtua masih memberikan susu formula untuk anak. Hal ini pun didukung oleh berbagai promosi konsumsi susu yang diyakini dapat mempercepat perbaikan gizi.

Namun tahukah Anda, para ahli dan dokter yang tergabung dalam Gerakan Kesehatan Ibu dan Anak (GKIA) justru tidak mengindahkan pemberian susu tambahan pada anak?

Mengapa demikian? Mari kita kupas satu persatu.

Baca juga: Seri Baru Jadi Ortu: 10 Fakta Bayi Baru Lahir yang Jarang Diketahui

Dr. dr. Tan Shot Yen, M. Hum Ahli Gizi Komunitas menerangkan, apapun jenis makanan atau minuman yang diutak-atik komposisinya, itu berarti formula.

"Formula kan artinya rumus. Jadi bahan bakunya susu, tapi diutak-atik dengan perhitungan yang dianggap "cocok" untuk kebutuhan seorang individu," jelas Tan kepada Kompas.com, Rabu (14/8/2019).

Dalam kesempatan ini Tan juga meluruskan bahwa bayi sampai dengan usia 6 bulan hanya butuh air susu ibu (ASI).

Kemudian, ASI ini bisa diteruskan hingga anak berusia dua tahun atau lebih.

"Selebihnya bagaimana? Untuk seterusnya anak tidak butuh susu," tegas Tan menggarisbawahi.

Setelah anak berusia lebih dari dua tahun, anak sudah bisa mengunyah dan makan sendiri. Ini artinya, kebutuhan gizi anak sudah bisa disandarkan pada pola makan sehat seimbang.

Apa yang dijelaskan Tan ini selaras dengan anjuran Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Prof. Dr. dr. Nila Djuwita, Sp.M (K).

"Mencukupi gizi anak-anak di Indonesia tidak harus dengan susu. Ada makanan lain yang memiliki gizi sama dengan susu, tetapi pasokannya jauh lebih berlimpah untuk mencukupi kebutuhan seluruh anak Indonesia. Makanan tersebut tidak lain adalah ikan," ujar Menteri Nila seperti dimuat dalam rilis GKIA tentang Kedudukan Konsumsi Susu dalam Kerangka Percepatan Perbaikan Gizi.

Produk susu bisa saja diberika pada anak. Dengan catatan, ada resep dari dokter dan anak memiliki kebutuhan khusus.

Risiko susu pada anak

Para pemerhati GKIA mengatakan, susu pabrik justru bisa berisiko membahayakan kesehatan anak karena tingginya prevalensi intoleransi laktosa akibat konsumsi susu di kalangan anak Indonesia.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com