Studi di jurnal The Lancet medical edisi November 2017 menegaskan, polusi merusak kesehatan manusia dan juga lingkungan.
"Polusi membunuh lebih banyak orang daripada perang dan kelaparan, daripada malaria atau AIDS atau tuberkulosis. Semua ini jauh dibandingkan dengan polusi," kata Andrew Maccarator.
Pelajaran lainnya adalah tingkat kematian terutama mempengaruhi orang-orang yang paling kesulitan untuk mendapatkan pertolongan.
"Pada tahun 2016, polusi secara nyata menyebabkan 9,6 juta kematian, 92 persen dari kematian tersebut berada di negara berpenghasilan rendah dan menengah. Jumlah tersebut besar mengingat distribusi masalah. Tapi jujur saja pembagian tersebut tidak adil. Periset mengatakan otak kita membuat polusi lebih sulit dilawan," papar Oluseji Adeyi dari Bank Dunia.
Manusia terlatih untuk menanggapi ancaman Langsung. Penyakit menular seperti Zika, seperti demam berdarah, yang membuat orang cepat dan jelas menderita sakit, benar-benar mendapat perhatian publik.
"Namun penyakit tidak menular, penyakit kronis yang disebabkan oleh polusi, kanker, penyakit paru-paru kronis, perlu waktu bertahun-tahun untuk mendapat perhatian. Kaitan antara sebab dan akibat tidak tampak jelas dan orang dengan mudah mengabaikannya," ujar Dr. Phillip Landrigan.
Oleh karenanya laporan tersebut mencoba untuk memecah masalah menjadi bagian-bagian yang lebih kecil.
"Ada polusi udara, polusi air, isu-isu tanah dan tempat kerja. Dalam setiap kategori tersebut, cenderung ada jenis masalah yang sama yang muncul berulang kali dan ini adalah cara bagaimana kita melihat polusi," jelas Richard Fuller dari Komisi Lancet.