Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Soal Polusi Udara Jakarta Buruk Saat Malam, Begini Kata BMKG

Kompas.com - 26/07/2019, 14:26 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

Rason berguna untuk mengukur tekanan, suhu, arah, kelembapan, dan kecepatan angin. Dari sinilah, BMKG dapat melihat karakter atmosfer langit Jakarta pada hari itu seperti apa.

"Jadi karakter berdasarkan atmosfernya sedang memiliki inversion layer atau lapisan inversi. Ini saya bicara atmosfer ya, bukan polutan," ungkap Agie.

Lapisan inversi merupakan lapisan batas antara udara kering dan udara lembap.

Agie mengatakan, daerah-daerah yang memiliki lapisan inversi menandakan, asap atau polutan sulit terurai di atmosfer.

Apakah lapisan inversi bisa dilihat dengan mata telanjang?

Bisa. Jika Anda pergi ke Jakarta menggunakan pesawat di siang hari, pada saat pesawat akan mendarat tampak lapisan batas di langit yang berwarna biru dan putih kelabu.

Hal ini juga bisa dilihat dari gedung-gedung pencakar langit, misalnya gedung perkantoran atau apartemen.

"Kalau ada lapisan inversi, ini menandakan polutan yang ada di sekitar Jakarta lebih susah terurai daripada hari-hari di musim hujan," jelas Agie.

"Jadi sebetulnya, karakter seperti ini lazim di musim kemarau. Ini karena (saat kemarau), udara sangat kering mengakibatkan ada lapisan inversi," imbuh Agie.

Selain itu, ketika Anda melihat lapisan inversi di langit manapun, maka awan kumulus yang berbentuk seperti bunga kol akan sulit ditemukan.

"Kalau ada awan kumulus, polutan dan asap akan mudah terurai ke atmosfer," ujar Agie.

Baca juga: Soal Polusi Jakarta, Greenpeace Minta Pedoman Pengukuran ISPU Direvisi

Agie mengatakan, umumnya kondisi ini terjadi pada pagi menjelang siang hari saat orang-orang mulai berangkat bekerja atau pergi sekolah.

"Makanya udara-udara enggak sehat menjelang jam 9 sampai 10-an," ujar Agie.

Untuk itu, Agie mengimbau masyarakat untuk lebih berhati-hati dan bisa menggunakan masker jika dirasa sangat memerlukannya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com