Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Soal Polusi Udara Jakarta Buruk Saat Malam, Begini Kata BMKG

Kompas.com - 26/07/2019, 14:26 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

KOMPAS.com - Berbicara tentang Jakarta, salah satu yang paling kita ingat mungkin polusinya.

Kemarin pagi (25/7/2019) sekitar pukul 6.00 WIB, data AirVisual situs penyedia peta polusi online harian kota-kota besar di seluruh dunia, menunjukkan Nilai Indeks Kualitas Udara (AQI) Jakarta berada di 201 atau masuk kategori sangat tidak sehat.

Bahkan, Stasiun Pemantau Kualitas Udara (SPKU) yang berfungsi mengukur Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) di KLHK, GBK, Jakarta menunjukkan, kualitas udara ibu kota tidak sehat sejak pukul 24.00 WIB, Kamis (25/7/2019).

"Data KLHK pun, (bisa dilihat di link http://iku.menlhk.go.id/aqms/pm25) sejak jam 12.00 malam tadi (udara) tidak sehat dengan angka PM 2,5 di atas 100 ug/m3," ujar Bondan Andriyanu, Juru Kampanye Energi Greenpeace Indonesia, kepada Kompas.com melalui pesan singkat, Kamis (25/72/2019).

Baca juga: Kualitas Udara Jakarta Sangat Buruk Sejak Tengah Malam hingga Pagi Ini

Berkaitan dengan kualitas udara yang ternyata memburuk sejak jam 24.00 WIB, Bondan menduga ini ada kaitannya dengan cuaca.

"Selain cuaca, bisa jadi kalau asumsinya di jam tersebut tidak ada kendaraan (tidak macet) artinya, ada sumber pencemar lain. DKI kan juga bilang kalau selain transportasi ada sumber lain," ungkap Bondan.

Berkaitan dengan faktor cuaca yang menimbulkan masalah polusi udara pada malam hari di Jakarta, Kepala Subbidang Prediksi Cuaca Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Agie Wandala Putra menjelaskan kondisi atmosfer di Jakarta belakangan.

Jika Anda tinggal di Jakarta atau pernah tinggal di ibu kota, mungkin sudah tidak asing dengan pemandangan langit Jakarta yang bergradasi, antara biru dan putih kelabu.

Agie menjelaskan, langit Jakarta dengan warna putih kelabu sebenarnya adalah polutan.

"Layer warna putih kelabu itu polutan sebenarnya. Udara kering yang menyatu dengan asap kendaraan, cerobong asap, dan lain-lain," ungkap Agie kepada Kompas.com melalui sambungan telepon, Jumat (26/7/2019).

Berdasarkan data BMKG kemarin, Agie mengatakan kualitas udara di Jakarta tidak seburuk sebelumnya.

Data ini didapat dari alat bernama radiosonde (rason) yang dilepas setiap jam 9.00 sampai 10.00 pagi di dekat Bandara Soekarno Hatta, Cengkareng.

Rason berguna untuk mengukur tekanan, suhu, arah, kelembapan, dan kecepatan angin. Dari sinilah, BMKG dapat melihat karakter atmosfer langit Jakarta pada hari itu seperti apa.

"Jadi karakter berdasarkan atmosfernya sedang memiliki inversion layer atau lapisan inversi. Ini saya bicara atmosfer ya, bukan polutan," ungkap Agie.

Lapisan inversi merupakan lapisan batas antara udara kering dan udara lembap.

Agie mengatakan, daerah-daerah yang memiliki lapisan inversi menandakan, asap atau polutan sulit terurai di atmosfer.

Apakah lapisan inversi bisa dilihat dengan mata telanjang?

Bisa. Jika Anda pergi ke Jakarta menggunakan pesawat di siang hari, pada saat pesawat akan mendarat tampak lapisan batas di langit yang berwarna biru dan putih kelabu.

Hal ini juga bisa dilihat dari gedung-gedung pencakar langit, misalnya gedung perkantoran atau apartemen.

"Kalau ada lapisan inversi, ini menandakan polutan yang ada di sekitar Jakarta lebih susah terurai daripada hari-hari di musim hujan," jelas Agie.

"Jadi sebetulnya, karakter seperti ini lazim di musim kemarau. Ini karena (saat kemarau), udara sangat kering mengakibatkan ada lapisan inversi," imbuh Agie.

Selain itu, ketika Anda melihat lapisan inversi di langit manapun, maka awan kumulus yang berbentuk seperti bunga kol akan sulit ditemukan.

"Kalau ada awan kumulus, polutan dan asap akan mudah terurai ke atmosfer," ujar Agie.

Baca juga: Soal Polusi Jakarta, Greenpeace Minta Pedoman Pengukuran ISPU Direvisi

Agie mengatakan, umumnya kondisi ini terjadi pada pagi menjelang siang hari saat orang-orang mulai berangkat bekerja atau pergi sekolah.

"Makanya udara-udara enggak sehat menjelang jam 9 sampai 10-an," ujar Agie.

Untuk itu, Agie mengimbau masyarakat untuk lebih berhati-hati dan bisa menggunakan masker jika dirasa sangat memerlukannya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com