KOMPAS.com - Debat calon presiden (capres) putaran kedua pada Minggu (17/02/2019) malam menyisakan banyak sorotan dari berbagai pihak. Salah satunya dari lembaga pemerhati lingkungan hidup Greenpeace Indonesia.
Menurut lembaga tersebut, debat yang berlangsung dua hari lalu itu belum menjawab persoalan utama lingkungan hidup di Indonesia saat ini.
Ancaman Deforestasi
Menurut Greenpeace Indonesia, kedua capres mengabaikan potensi sumber energi terbarukan yang sangat besar. Padahal, hal ini bisa menekan porsi energi fosil pada bauran energi nasional.
Lebih memprihatinkan lagi, kedua capres mengedepankan energi yang bersumber dari kelapa sawit, yang berpotensi menambah angka deforestasi.
Baca juga: Nasib Perubahan Iklim pada Debat Capres
Kepala Greenpeace Indonesia Leonard Simanjuntak menegaskan, "Capres Jokowi dan Prabowo sama-sama mendukung biodiesel ataupun biofuel dari B20 hingga ke B100. Terkait hal ini, kedua capres tidak memberikan jaminan program biofuel tanpa menggerus keberadaan hutan alam, lahan gambut dan mangrove."
Greenpeace menemukan, sejak tahun 2015 terdapat 130.000 hektar deforestasi yang berasal dari konsesi perusahaan sawit (25 grup) di mana 41 persennya (51.600 hektar) berada di wilayah Papua.
Menurut analisis data Hansen, University of Maryland 2000-2017, laju penggundulan hutan yang terjadi sepanjang 2015-2017 tercatat masih mencapai 650.000 hektar.
Dikutip dari Greenpeace.org, Senin (18/02/2019), berdasarkan kajian Cerulogy, kebijakan biofuel telah menciptakan permintaan minyak sawit sebesar 10,7 juta ton.
Pada tahun 2030, permintaan biofuel diprediksi mencapai 67 juta ton, dan membuka peluang deforestasi baru sebesar 4,5 juta hektar serta hilangnya hampir tiga juta lahan gambut.
Energi Terbarukan
Lembaga ini berpandangan, pemenuhan kebutuhan energi yang dijawab hanya dengan pengembangan biofuel secara masif tidak tepat. Pasalnya, potensi energi terbarukan yang bersumber dari tenaga surya dan angin jauh lebih besar.
Potensi tenaga angin sebesar 60.647 MW dan tenaga surya sebesar 207.898 MW, atau jauh lebih besar dibandingkan potensi bioenergi 32.654 MW. Kapasitas terpasang energi surya dan angin pun masih jauh di bawah bioenergi.
Lubang Bekas Tambang
Selain itu, Greenpeace menilai, kedua calon juga tidak memiliki sikap yang tegas terhadap lubang-lubang tambang yang dibiarkan tanpa penegakan hukum.