KOMPAS.com - 50 tahun lalu, tepatnya 20 Juli 1969, misi Apollo 11 menginjakkan kaki di bulan untuk pertama kalinya.
Sebagai misi pertama, tentu saja Neil Armstrong, Edwin "Buzz" Aldrin dan Michael Collins meluncur dalam kondisi serba terbatas.
Saat itu para pakar NASA lebih fokus memikirkan bagaimana membawa astronot ke bulan dan memulangkan kembali ke Bumi dalam keadaan selamat. Tak heran, urusan toilet bukan prioritas.
" Buang air besar dan buang air kecil adalah hal yang mengganggu perjalanan ruang angkasa, bahkan sejak penerbangan berawak pertama ke luar angkasa," tulis NASA tentang misi Apollo 11.
Baca juga: Peringati 50 Tahun Pendaratan di Bulan, LEGO Bikin Model Apollo 11
Melansir Science Alert Minggu (14/7/2019), Armstrong dan tim terpaksa menggunakan sebuah tas untuk buang air besar. Jangan dibayangkan bagaimana aromanya, yang pasti sangat busuk.
Sementara untuk buang air kecil, mereka menampung di sebuah alat mirip kondom (alat ini dipakai dan diganti setiap hari) yang disambungkan ke tas dengan selang pendek.
Dalam hal ini NASA menceritakan, tumpahan air seni sering terjadi. Beruntung, semua awak dalam misi ini pria.
"Karena tidak ada toilet, kami menerapkan alat yang bisa mengumpulkan kotoran selama penerbangan, yakni dengan tas yang ditempel ke pantat untuk menampung kotoran," tulis NASA.
Alat yang disebut "tas tinja" itu dilengkapi dengan kompartemen untuk kertas toilet dan sarung tangan agar para astronot tetap bersih ketika menempatkan tas di pantat.
Penggunaan alat ini pun sangat rumit dan membutuhkan waktu sampai 45 menit untuk melakukannya.
Kala itu penggunaan tas tinja mungkin adalah sebuah penemuan berharga. Pasalnya, dalam misi Apollo 10 pada Mei 21969, astronot Tom Stafford pernah meminta dibawakan serbet karena ada kotoran mengambang.