Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Memahami Pentingnya Saling Memaafkan Saat Lebaran, Menurut Sains

Kompas.com - 04/06/2019, 19:00 WIB
Julio Subagio,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

Hal ini dapat menimbulkan empati dan belas kasih, yang dapat digunakan untuk mengajak dan membimbing orang tersebut agar mau memperbaiki dirinya sendiri.

Ketiga langkah ini dapat membantu kita agar dapat lebih berimbang dalam memandang suatu permasalahan, mengurangi perasaan negatif serta melatih rasa belas kasih, dan menghilangkan keinginan untuk balas dendam.

Baca juga: Sains Jelaskan Kenapa Manusia Cenderung Memaafkan Orang Lain

Membutuhkan usaha

Namun tentu saja, langkah-langkah tersebut tidak begitu saja kita lalui dengan mudah.

Kita bisa saja merasionalisasi hal tersebut dalam pikiran kita, namun saat tiba saatnya untuk mengambil sikap, bisa jadi kita ragu dan malah terjebak pada kenangan buruk yang membekas hingga saat ini.

Keterbatasan kita untuk melihat melalui persepsi lain juga dapat memicu kesalahpahaman dan miskomunikasi, yang dapat memperlebar jarak yang sudah terbentuk sebelumnya.

Maka dari itu, sebelum kita memaafkan orang lain, kita perlu memaafkan diri sendiri terlebih dahulu.

Menurut Rubin Khoddam, psikolog dari University of Southern California, kendala pertama dan terbesar dalam proses memaafkan adalah ketakutan dipandang sebagai pihak yang lemah. Kondisi ini terus menempatkan kita sebagai korban yang tidak berdaya dan didominasi oleh orang lain.

Justru dengan mengambil keputusan untuk memaafkan, kita kembali mengambil kendali atas kehidupan kita sendiri.

Tidak masalah jika pada awalnya, proses ini akan membuat kita marah dan mendendam, namun perlahan kita masalah tersebut telah membentuk pribadi kita saat ini yang telah berani mengambil langkah untuk berubah memperbaiki diri.

Baca juga: Ternyata Emosi Berperan Penting Menciptakan Kenangan, Kok Bisa?

Efek fisik dan mental

Sikap memaafkan bukan hanya dapat membawa rasa tenang dan damai. Namun, hal tersebut juga baik untuk kesehatan fisik dan mental seseorang.

Secara psikologis, orang yang pemaaf memiliki frekuensi dan tingkat depresi yang rendah. Dalam kasus permasalahan internal keluarga, pasangan yang mengambil inisiasi untuk saling memaafkan dan berekonsiliasi akan memiliki hubungan yang lebih erat serta membentuk persepsi yang sehat bagi perkembangan emosional anak.

Sedangkan secara fisiologis, sikap memaafkan berhubungan dengan kadar sel darah putih dan jumlah sel darah merah dalam darah. Artinya, kondisi mental ini memiliki kaitan dengan kekuatan sistem imun yang melindungi kita dari penyakit.

Memaafkan adalah suatu proses yang tidak instan dan memerlukan waktu. Namun, dalam jangka panjang hal tersebut banyak memberi kebaikan dalam kehidupan kita, juga orang-orang di sekitar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com