Di lokasi pelabuhan, semua plastik memiliki biofilm mikroba di permukaan setelah sebulan. Kantong kompos menghilang setelah tiga bulan.
Di lokasi terbuka di taman, semua plastik menjadi sangat rapuh untuk diuji lebih lanjut dan berubah menjadi mikroplastik setelah sembilan bulan. Setelah itu semua sampel tida bisa diuji lagi.
Di lokasi tanah, semua plastik tetap utuh dan masih bisa menahan berat tanpa robek.
Thompson menyimpulkan, klaim plastik mudah terurai tidak benar dan justru dapat menimbulkan masalah baru.
Jika melihat lebih dalam, studi Thompson juga menyoroti bagaimana istilah biodegradable dapat membingungkan konsumen. Label ini sangat mungkin membuat konsumen berpikir bahwa jejak plastik biodegradable akan segera hilang setelah dibuang.
Apabila plastik biodegradable dibuang ke tempat sampah daur ulang, hal ini juga dapat menggagalkan upaya reproduksi plastik konvensional menjadi kresek baru.
Para ahli memperingatkan, zat aditif kimia pada kantong plastik biodegradable dapat mencemari campuran yang lain, membuatnya tidak dapat digunakan lagi.
"Jika suatu plastik memiliki kemampuan untuk terurai, petugas daur ulang tidak ingin mencampurnya dengan plastik lain. Pasalnya mereka butuh materi konsisten agar tidak merusak produksi plastik konvensional," jelas Thompson.
"Pertanyaannya sekarang, bagaimana mengedukasi konsumen untuk membuang plastik biodegradable dan memisahkannya dari plastik konvensional".
Studi Thompson tentu saja tidak dapat langsung diterima oleh publik, terutama bagi produsen plastik biodegradable.
Meski demikian, Thompson yang dianugerahi Ordo Kerajaan Inggris oleh Ratu Elizabeth atas penelitiannya tentang limbah plastik menegaskan bahwa dia dan tim percaya pada penelitian yang sudah dikerjakannya cukup lama.
"Dan studi ini telah melalui peer review lengkap," ucap dia.
Baca juga: Hari Bumi, 6 Foto Memilukan Bukti Plastik Bahayakan Planet Ini
Kontroversi plastik biodegradable
Plastik biodegradable adalah produk sekali pakai yang saat ini paling banyak dipakai di negara maju. Beberapa negara Uni Eropa diperkirakan menggunakan 100 miliar kantong plastik ini setiap tahun.
Karena diklaim mudah terurai dan ramah lingkungan, plastik kresek kompos ini menjadi pilihan banyak orang. Namun sayangnya, janji manis itu hanya klaim semata tanpa bukti.