Studi Thompson tentu saja tidak dapat langsung diterima oleh publik, terutama bagi produsen plastik biodegradable.
Meski demikian, Thompson yang dianugerahi Ordo Kerajaan Inggris oleh Ratu Elizabeth atas penelitiannya tentang limbah plastik menegaskan bahwa dia dan tim percaya pada penelitian yang sudah dikerjakannya cukup lama.
"Dan studi ini telah melalui peer review lengkap," ucap dia.
Baca juga: Hari Bumi, 6 Foto Memilukan Bukti Plastik Bahayakan Planet Ini
Kontroversi plastik biodegradable
Plastik biodegradable adalah produk sekali pakai yang saat ini paling banyak dipakai di negara maju. Beberapa negara Uni Eropa diperkirakan menggunakan 100 miliar kantong plastik ini setiap tahun.
Karena diklaim mudah terurai dan ramah lingkungan, plastik kresek kompos ini menjadi pilihan banyak orang. Namun sayangnya, janji manis itu hanya klaim semata tanpa bukti.
"Di dunia ini tidak ada materi ajaib yang dapat menguraikan plastik dalam waktu singkat. Tidak ada," kata Ramani Narayan, insinyur kimia dari Michigan State University dan pakar biodegradable yang tidak terlibat dalam studi Thompson.
PBB dan Uni Eropa juga menentang biodegradable.
Pada 2016 PBB menyatakan, plastik yang dapat terbiodegradasi bukanlah jawaban untuk polusi plastik di laut.
Sementara itu, tahun lalu Uni Eropa mengeluarkan rekomendasi pelarangan oxi-biodegradable yang mengandung zat aditif untuk mempercepat pemecahan molekul polimer.
Ada kekhawatiran zat aditif itu akan menghancurkan plastik dengan cepat dan mengubahnya jadi mikroplastik yang dapat membahayakan lautan.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.