KOMPAS.com - Studi terbaru menimbulkan keraguan atas kelayakan plastik kresek biodegradable yang mudah terurai sebagai jawaban atas polusi plastik.
Butuh ratusan hingga ribuan tahun untuk membuat plastik terurai, membusuk, dan akhirnya bersatu dengan tanah.
Hal ini akhirnya memicu para ahli atau produsen menciptakan plastik yang mudah terurai secara hayati atau istilahnya plastik biodegradable.
Nah, pertanyaan baru kemudian muncul tentang solusi tersebut. Seberapa "layak" kresek biodegradable dibanding plastik konvensional?
Baca juga: Jangan Cuma Nyinyir, Kenali Bagaimana Plastik Bahayakan Bumi
Setidaknya pertanyaan ini mengganggu pikiran Richard Thompson, ahli biologi kelautan Inggris yang mengabdikan karirnya untuk mempelajari limbah plastik.
Untuk mengetahui kelayakan plastik terbiodegradasi, pada 2015 Thompson dan mahasiswa pascasarjana dari Universitas Plymouth mengubur beberapa plastik berlabel biodegradasi di taman kampus.
Tiga tahun kemudian, ketika plastik itu digali, Thompson dan tim tidak hanya menemukan semua plastiknya utuh, tapi juga masih kuat membawa 2,5 kilogram barang belanjaan.
"Jujur saya terkejut saat melihat plastik ini masih utuh. Plastik-plastik ini memang tidak sekuat saat masih baru, tapi selama 3 tahun dikubur (plastik) tidak menunjukkan proses degradasi berarti," ujar Thompson dalam wawancara dengan National Geographic, dilansir Minggu (28/4/2019).
Paparan jurnal dan masalah baru
Dalam laporan yang terbit di jurnal Environmental Science & Technology, Thompson memaparkan bahwa plastik biodegradable yang tidak bisa hancur hanyalah salah satu temuannya.
Dalam penelitiannya, Thompson dan tim menguji lima plastik kresek, antara lain satu kresek kompos, satu plastik konvensional, dan tiga kantong plastik biodegradable.
Semuanya diletakkan di tiga kondisi berbeda yakni direndam air, terkubur dalam tanah, dan terpapar udara luar.
Untuk sampel uji tanah, plastik dikubur pada kedalaman 10 inci. Untuk tes paparan udara, sampel ditempatkan di tembok taman. Untuk uji kelautan, sampel direndam lebih dari satu meter di bawah permukaan pelabuhan Plymouth.
Sejak diletakkan di posisi masing-masing pada 10 Juli 2015, tim rutin memeriksa kondisi plastik termasuk tanda-tanda permukaan menghilang, muncul lubang, atau disintegrasi.
Mereka juga mengukur kekuatan sampel saat ditarik, untuk melihat seberapa mudah sampel rusak di bawah tekanan.