Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Skandal Temuan Wakefield dan Dampaknya Bagi Kegagalan Vaksin Global

Kompas.com - 24/04/2019, 16:10 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

Sumber Healio

KOMPAS.com - Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebut masalah vaccine hesitancy atau keragu-raguan melakukan vaksinasi sebagai masalah kompleks yang muncul karena beberapa hal.

Vaccine hesitancy bisa disebabkan oleh ketidakpuasan terhadap perawatan kesehatan, ketidaknyamanan dalam mengakses vaksin, atau rendahnya kepercayaan terhadap vaksin itu sendiri.

Meski terdapat banyak bukti ilmiah tentang keamanan vaksin dan ahli medis di seluruh dunia menegaskan bahwa vaksin efektif mencegah virus penyakit, tapi sejumlah orang tetap memegang keyakinan bahwa vaksin berbahaya dan justru dapat menimbulkan masalah lain seperti autisme.

Lantas, dari mana pemahaman itu muncul dan meluas?

Baca juga: Tak Usah Didebat Lagi, Vaksin MMR Tidak Ada Hubungannya dengan Autisme

Melansir Healio edisi Februari 2011, ketakutan akan vaksinasi meluas setelah  penelitian dokter spesialis bedah Andrew Wakefield terbit di jurnal Lancet pada 1998.

Dengan melibatkan 18 sampel, Wakefield mengklaim bahwa vaksin campak, gondong, dan rubella (MMR) menyebabkan 12 anak mengembangkan gejala autis.

Atas kesimpulan tersebut, terang saja studi Wakefield segera menimbulkan kontroversi di kalangan orangtua dan dokter.

12 tahun kemudian hasil penelitian Wakefield dicabut dari jurnal ilmiah karena terbukti "palsu". Meski begitu, kepercayaan yang sudah tertanam pada sebagian orang tidak bisa dilepas begitu saja.

Studi yang dirilis British Medical Journal (BMJ) dengan judul "Secrets of the MMR scare: How the case against the MMR vaccine was fixed" mengungkap bahwa studi Wakefield tidak jujur dan tidak bertanggung jawab. Mereka menemukan data yang dipakai Wakefield palsu.

Studi BMJ mencoba memaparkan bagaimana Wakefield melakukan penipuan ilmiah. Para ilmuwan yang terlibat dalam studi ini melakukan investigasi dengan wawancara serta mengulas dokumen dan data yang dipublikasikan di sidang General Medical Council (GMC).

Dari situ, tim ahli menemukan bahwa ada kejanggalan dari apa yang disampaikan Wakefield. Hal yang paling parah, Wakefield mengubah riwayat medis pasien untuk mendukung klaimnya.

"Studi kami juga memberi bukti bahwa institusi Wakefield, Royal Free Hospital dan Medical School London, ikut mendukung aksi Wakefield dalam mengacaukan fungsi vaksin MMR demi keuntungan finansial," tulis laporan di BMJ.

Dalam laporan di BMJ, para ahli menemukan bahwa hanya ada satu anak dengan autisme regresif, sementara sisanya normal.

Dampak penemuan Wakefield

Dampak anti vaksinasi yang berkembang di seluruh dunia ini tentu mengancam kemajuan dunia kesehatan. Penyakit yang seharusnya bisa diberantas atau dicegah, termasuk penyakit yang mengancam jiwa, bisa jadi tak tertanggulangi.

Halaman:


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau