KOMPAS.com - Studi dengan jumlah sampel lebih dari 650.000 anak-anak Denmark yang dilakukan selama satu dekade memiliki kesimpulan seperti studi sebelumnya bahwa vaksin untuk penyakit gondong, campak dan rubella (MMR) terbukti tidak meningkatkan risiko autisme pada anak.
Penelitian ini melibatkan anak-anak yang lahir antara 1999 hingga 2013. Ahli membandingkan anak yang divaksinasi dan tidak divaksinasi yang didiagnosis autisme, tapi tidak menemukan perbedaan.
"Kami tidak menemukan vaksin MMR dapat meningkatkan risiko autisme pada anak-anak di Denmark," kata peneliti dilansir AFP, Rabu (6/3/2019).
Baca juga: WHO: Kasus Campak di Dunia Meningkat, Perangi dengan Vaksin
Studi yang terbit di jurnal Annals of Internal Medicine, AS itu dilakukan oleh para ilmuwan dari Statens Serum Institute, Universitas Copenhagen, dan Stand University School of Medicine.
Kesimpulan dalam studi mereka sama seperti studi 2002 yang melibatkan 537.000 anak-anak Denmark.
Selain studi tersebut, para ahli juga telah mengamati 10 studi lain yang membahas tentang vaksin anak, di mana enam di antaranya tentang vaksin MMR. Hasilnya, tak ada satupun studi yang menemukan hubungan antara vaksinasi dan autisme.
Satu-satunya penelitian yang menyebut ada hubungan antara vaksin MMR dan autisme adalah studi tahun 1998.
Hingga saat ini para kelompok antivaksin masih sering mengutip temuan itu untuk mengklaim bahwa vaksin MMR dapat memicu autisme.
Padahal, studi itu telah ditarik oleh jurnal medis yang menerbitkannya. Sementara penulis yang memalsukan hasilnya harus menerima konsekuensi untuk kehilangan lisensi medisnya.
Baca juga: Balada Ethen Lindenberger, Hadapi Orangtua Penganut Antivaksin
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.