Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Vaksin Malaria Pertama di Dunia Akan Diuji Coba Pada Anak-anak

Kompas.com - 23/04/2019, 17:08 WIB
Resa Eka Ayu Sartika

Editor

KOMPAS.com - Uji coba skala besar terhadap vaksin yang disebut sebagai vaksin malaria pertama di dunia akan dimulai di Malawi, Afrika.

Vaksin RTS,S tersebut diyakini dapat memberi perlindungan sebagian bagi anak-anak karena dapat melatih sistem kekebalan tubuh untuk menyerang parasit malaria, yang menyebar melalui gigitan nyamuk.

Uji coba dalam skala yang lebih kecil telah menunjukkan bahwa hampir 40 persen dari anak usia 5 sampai 17 tahun yang menerima vaksin tersebut terlindungi dari malaria.

Kasus malaria tampaknya meningkat lagi, padahal penyakit mematikan tersebut dapat ditundukkan selama satu dekade.

Baca juga: Tak Usah Didebat Lagi, Vaksin MMR Tidak Ada Hubungannya dengan Autisme

Menurut laporan tahunan terbaru, jumlah kasus malaria di dunia tak lagi merosot, memantik kehawatiran malaria dapat bangkit kembali.

Lebih dari 90 persen dari mereka yang terinfeksi dan 435.000 orang yang mati berada di Afrika. Anak-anak, khususnya, ada dalam kondisi rawan.

Ada hampir lima juta kasus yang terkonfirmasi di Malawi pada 2017. Negara tersebut telah dipilih, bersama Kenya dan Ghana, untuk uji coba skala besar vaksin RTS,S.

Dikembangkan Selama Tiga Dekade

Tiga negara tersebut dipilih karena sudah menjalankan program besar-besaran untuk mengatasi malaria, termasuk penggunaan kelambu, tetapi masih memiliki jumlah kasus yang tinggi.

Vaksin ini sudah dikembangkan selama lebih dari tiga dekade. Para ilmuwan dari perusahaan obat GSK mulai membuatnya pada tahun 1987.

Pengujian selama bertahun-tahun yang disokong sejumlah organisasi, termasuk Path Malaria Vaccine Initiative, dan menelan biaya sekitar 1 miliar dollar AS (Rp14 triliun) telah sampai ke titik ini.

Fase terakhir ini dikoordinasikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yang mengatakan vaksin RTS,S adalah vaksin pertama memberikan perlindungan sebagian bagi anak-anak.

Tingkat kemanjuran yang hampir 40 persen tidaklah tinggi dibandingkan dengan vaksin untuk penyakit lain, tapi WHO mengatakan RTS,S akan menambah langkah-langkah pencegahan yang sudah dilakukan seperti kelambu dan insektisida, lansir kantor berita AFP.

"Vaksin yang sangat manjur, 90 persen atau lebih, belum terlihat pada saat ini," kata Mary Hamel dari WHO yang dikutip oleh Bloomberg.

"Tapi bahwa vaksin ini bisa sampai ke titik itu (uji coba skala besar) menunjukkan bahwa vaksin malaria bisa dibuat. Ini akan membuka jalan," imbuhnya.

Baca juga: WHO: Kasus Campak di Dunia Meningkat, Perangi dengan Vaksin

Vaksin RTS,S perlu diberikan empat kali — sebulan sekali selama tiga bulan dan dosis keempat 18 bulan kemudian.

Tahap uji coba ini diharapkan akan selesai pada tahun 2023, menurut Path.

Proyek pilot dimulai di Malawi dan akan dimulai di Kenya dan Ghana dalam beberapa pekan mendatang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau