Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berhasil Dipotret Pertama Kali, Ini 5 Fakta Tentang Lubang Hitam

Kompas.com - 11/04/2019, 12:30 WIB
Resa Eka Ayu Sartika

Penulis

KOMPAS.com - Para peneliti dunia baru saja membagikan bukti visual pertama adanya lubang hitam.

Ini membuktikan pada masyarakat awam bahwa black hole yang misterius itu benar-benar nyata di alam semesta. Terlepas dari pertama kalinya lubang hitam diabadikan oleh manusia, sebenarnya bagaimana fakta mengenai benda yang disebut black hole ini?

Baca juga: Setelah 2,5 Abad, Wajah Lubang Hitam Akhirnya Terungkap. Ini Fotonya...

Seperti yang kita ketahui, lubang hitam selama ini masih menjadi misteri bagi para ilmuwan. Hal ini membuat penasaran sehingga berbagai penelitian dilakukan.'

Kabar baiknya, ada sejumlah fakta yang didapatkan para ilmuwan tentang benda misterius ini. Beberapa di antaranya:

1. Mengisap Materi Secepat Kecepatan Cahaya

Ilmuwan dari University of Leicester mendapati jika lubang hitam dapat menarik objek atau materi ke dalamnya dengan kecepatan sepertiga kecepatan cahaya.

Penelitian yang diterbitkan dalam Monthly of the Royal Astronomical Society, pada awal September 2018 lalu, mengungkapkan pengalaman tim ilmuwan menyaksikan bagaimana massa jatuh langsung ke lubang hitam pada kecepatan tersebut.

"Kami melihat semuanya, dan kami mampu mengukur jumlah materi yang jatuh dengan ukuran sekitar massa Bumi," kata Ken Pounds, peneliti di University of Leicester.

Pounds mengamati momen tersebut menggunakan metode astronomi X-ray, yang menggunakan sinar-X untuk mengamati dan mendeteksi objek di ruang angkasa.

Para astronom yang melakukan pengamatan juga menemukan jika materi yang tersedot lubang hitam jatuh dengan kecepatan 30 persen kecepatan cahaya atau sekitar 100.000 kilometer/detik sebelum akhirnya benar-benar tertelan lubang hitam.

Baca selengkapnya: Bukti Baru, Lubang Hitam Isap Materi Secepat Kecepatan Cahaya

2. Mampu Mengisap Benda Seukuran Matahari

Tim astronom Australia National University (ANU) baru saja mengidentifikasi adanya lubang hitam sangat besar yang dapat mengisap benda langit dengan sangat cepat.

Lubang hitam ini disebut sangat rakus karena mampu mengisap benda langit yang massanya setara Matahari setiap dua hari sekali. Menurut analisis ANU, pertumbuhan black hole ini sangat cepat, yakni satu persen setiap jutaan tahun.

Sebelum "monster" lubang hitam ini ditemukan, para ilmuwan harus meneliti sekitar 12 miliar tahun cahaya di luar angkasa. Artinya, mereka melihat obyek seperti itu pada 12 miliar tahun lalu, tidak terlalu lama setelah Big Bang.

Baca selengkapnya: "Monster" Lubang Hitam Ini Sanggup Isap Benda Langit Seukuran Matahari

3. Menyemburkan Material Ketika Mengisap Bintang

Para ilmuwan berhasil mengambil gambar fenomena semburan material ketika sebuah bintang "tertelan" oleh gaya gravitasi dari sebuah lubang hitam di inti galaksi, dan itu bukan ledakan supernova.

Dikutip dari Phys.org, Kamis (14/6/2018), para ahli mendapatkan petunjuk awal peristiwa semburan di lubang hitam tersebut pada 30 Januari 2005. Saat itu, para astronom menggunakan Teleskop William Herschel di Kepulauan Canary sedang mengamati tabrakan dua galaksi yang disebut Arp 299.

Peristiwa ini berjarak hampir 150 juta tahun cahaya dari Bumi. Lalu pada 17 Juli 2005, para ahli mendeteksi adanya sumber emisi baru pada gelombang radio yang berbeda dari lokasi yang sama.

Saat itu, para ahli menggunakan teleskop sinar inframerah dan gelombang radio, termasuk teleskop yang ada di National Science Foundation Very Long Baseline Array (VLBA).

"Seiring waktu, objek baru tersebut tetap menyala dalam deteksi gelombang inframerah dan radio, namun tidak secara kasat mata dan X-ray," kata Seppo Mattila dari Universitas Turku di Finlandia.

Baca selengkapnya: Kali Pertama, Ahli Tangkap Semburan Lubang Hitam yang Menelan Bintang

4. Memiliki Bunyi Ketika Bersatu

Para peneliti proyek The Laser Interferometer Gravitional-Wave Observatory (LIGO) mengungkap bunyi saat dua lubang hitam menyatu.

Ternyata, bunyinya tak menggelegar seperti tabrakan dua buah mobil tetapi hanya serupa balon yang meletus.

Peneliti berhasil membuat simulasi suara persatuan lubang hitam itu dengan modal data gelombang gravitasi yang ditangkap.

Tahun 2016 lalu, peneliti dari proyek LIGO untuk pertama kalinya berhasil menangkap gelombang gravitasi yang bersumber dari persatuan dua lubang hitam.

Gelombang gravitasi dari alam semesta sangat-sangat kecil saat mencapai bumi. Namun, peneliti akhirnya berhasil memisahkannya dari "kebisingan".

Peneliti mengubah data gelombang itu menjadi gelombang suara hingga akhirnya berhasil mendapatkan perkiraan suara saat dua lubang hitam menyatu.

Baca selengkapnya: Saat Dua Lubang Hitam Raksasa di Semesta Bersatu, Beginilah Bunyinya

5. Penemu Lubang Hitam Bukan Einstein

Einstein bukan orang yang menemukan lubang hitam walaupun dia lewat teorinya memerkirakan keberadaannya.

Karl Schwarzschild-lah yang pertama kali menggunakan persamaan revolusioner milik Einstien dan menunjukkan bahwa lubang hitam sungguh-sungguh ada.

Dari Karl, dikenal radius Schwarzschild, sebuah pengukuran untuk menunjukkan seberapa benda harus termampatkan untuk menjadi lubang hitam.

Jauh sebelum pemikiran itu, seorang ahli dari inggris bernama John Michell juga sudah memerkirakan keberadaan ‘bintang hitam’ yang sangat besar atau begitu padat yang bisa mempengaruhi daya tarik gravitasi.

Hingga tahun 1967, sebenarnya belum ada istilah lubang hitam.

Baca selengkapnya: Faktanya, Bukan Einstein yang Menemukan Lubang Hitam

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau