Kesultanan Yogyakarta jatuh ke tangan Inggris. Sri Sultan HB II menyerah ketika bala pasukan Inggris masuk ke Plataran Srimangati.
Menurut KRT Widyacandra Ismayaningrat, Carik (sekretaris) KHP Widyabudaya Keraton Yogyakarta, pada masa lalu ada hukum perang di Eropa yang membolehkan bala pasukan menjarah negara jajahan bila menang perang. Naskah-naskah tersebut adalah salah satu yang mereka jarah.
Kenapa Inggris mengambil naskah?
Candra menduga, para penjajah Inggris sangat menyukai sastra sehingga mereka mengambil naskah-naskah milik Keraton. Apalagi, naskah Keraton ditulis dengan tinta emas.
"Banyak naskah (Keraton Yogyakarta) yang sampul halaman depannya dihias dengan gambar-gambar dari tinta emas. Kebetulan pula, Raffles menyukai karya sastra," kata Candra saat ditemui Kompas.com di Tepas KHP Widyabudaya Keraton Yogyakarta, Kamis (14/3/2019).
"Makanya banyak penjajah saat itu merekrut prajurit bayaran untuk merampas naskah," imbuhnya.
Candra mengatakan ada lebih dari 7.000 naskah kuno yang dirampas. Naskah ini terhitung banyak karena pada zaman dulu, semua hal selalu diarsipkan, termasuk hak alih tanah.
Namun dari 7.000-an naskah yang hilang, tidak semuanya sampai ke Kerajaan Inggris.
Menurut bukti dan jejak sejarah, di tengah perjalanan, pasukan Inggris berhenti di Titik Nol Kilometer. Di sana, mereka melelang naskah kuno yang dianggap tidak menarik.
"Naskah-naskah itu dilelang, dijual ke masyarakat umum," ujarnya.
Itu kenapa beberapa orang mungkin masih memiliki naskah kuno yang diwariskan turun temurun oleh leluhurnya.
"Ada juga cerita, beberapa kapal karam di laut Jawa dan semenanjung Harapan di Afrika Selatan," ungkap Candra.
Saat perampasan naskah terjadi, ada dua naskah yang tidak dibawa pasukan Inggris. Pertama adalah naskah bertuliskan aksara Arab, tidak lain adalah Al Quran, dan kedua, Serat Suryorojo.
Serat Suryoroko berisi wejangan seorang raja kepada putra mahkota dan penerusnya dalam bentuk tembang Jawa. Surat ini, yang tersimpan di kamar Sri Sultan HB II, hanya boleh dibaca oleh raja atau putra mahkota penerus takhta.
"Keduanya (Al Quran dan Serat Suryorojo.) disimpan di gedung Prabayeksa," ujar Candra.
Baca juga: 5 Usaha Orang Jawa Kenang Leluhur Saat Hidup di Belanda