Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Darah Pria Ini Berubah Warna Jadi Mirip Susu, Bagaimana Bisa?

Kompas.com - 26/02/2019, 17:02 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

Saat seorang pasien memiliki kadar trigliserida yang sangat tingi, dokter akan menggunakan mesin khusus untuk menyaring lemak dalam darah atau disebut plasmapheresis.

Namun saat plasmapheresis dilakukan, mesin justru tersumbat karena kadar lemaknya sangat tinggi. Percobaan dilakukan sampai dua kali, dan hasilnya sama saja.

Akhirnya dokter menggunakan cara tradisional dan kuno, bloodletting.

Bloodletting adalah metode kuno yang pertama kali disebut dalam bahasa Yunani kuno dan Sansekerta sejak ribuan tahun lalu. Metode ini pada dasarnya membuang darah kotor dalam tubuh manusia dengan benda tajam seperti silet.

Tim medis yang menangani pria itu mengambil satu liter darah, kemudian menggantinya dengan sel darah merah dan plasma (bagian cair dari darah) dari donor darah.

Saat cara ini sukses menurunkan kadar trigliserida, dokter mengambil satu liter darah lagi dan menggantinya dengan cairan.

Dua hari kemudia, kadar trigliserida pria itu sudah cukup rendah sehingga memungkinkan mesin plasmapheresis untuk bekerja tanpa sumbatan.

Lima hari kemudian, dokter melepas tabung oksigen dan dia tak menunjukkan memiliki gangguan neurologi.

Kasus menarik

Koehler dan Kochanek mengaku kasus seperti ini adalah yang pertama mereka tangani.

Setidaknya dari kasus ini kita mengetahui bahwa jika teknologi canggih seperti plasmapheresis tidak dapat dilakukan, metode tradisional bloodlettingbisa menjadi alternatif yang efektif, terutama bagi pasien dengan kadar trigliserida sangat tinggi.

Guy Mintz, direktur kesehatan jantung dan lipidologi di Rumah Sakit Jantung Sandra Atlas Bass Northweel Health di Manhasset, New York, mengatakan bahwa kasus ini menunjukkan metode perawatan yang menarik dan inovatif untuk menyelamatkan orang.

"Padahal pasien berada di situasi berbahaya karena memiliki kadar trigliserida  yang sangat tinggi," ujar Mintz yang tidak terlibat dalam penelitian.

"Saya sangat mengapreasi para dokter karena berpikir out of the box dan melakukan metode bloodletting. Kasus ini memberi (dokter) pilihan terapi saat kadar trigliserida sangat tinggi tapi teknologi rumah sakit gagal melakukannya," imbuh Mintz.

Baca juga: Mirip Cabang Paru, Gumpalan Darah Ini Keluar Saat Seorang Pria Batuk

Tim medis yang terlibat dalam kasus ini menduga pria itu memiliki kadar trigliserida yang tinggi karena kombinasi resistensi insulin, obesitas, diet yang tidak tepat, dan diabetes yang tidak diobati dengan baik.

Mereka mencatat bahwa ketoasidosis dan kadar trigliserida yang sangat tinggi sebagai tanda kurangnya insulin dalam tubuh.

Pengujian juga menunjukkan pasien memiliki penanda genetik yang dikaitkan dengan kadar trigliserida yang lebih tinggi, yang mungkin juga memengaruhi risikonya.

Selain itu, pasien menggunakan obat diabetes yang disebut inhibitor natrium-glukosa cotransporter-2 (SGLT2), dan ada beberapa kekhawatiran bahwa obat ini dapat meningkatkan risiko ketoasidosis, menurut Food and Drug Administration AS.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com