Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sembunyi Hampir 40 Tahun, Lebah Terbesar di Dunia Ditemukan di Maluku

Kompas.com - 22/02/2019, 12:59 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

Sumber NPR

Bolt menyusuri kawasan Maluku Utara bersama dengan entomolog Universitas Princeton Eli Wyman, seorang profesor biologi dari Universitas Sydney, Australia Simon Robson, dan seorang profesor di Saint Mary's University di Kanada Glen Chilton.

Keberuntungan sepertinya berpihak pada Bolt dan tim kecilnya. Sebab, di hari terakhir penelusuran mereka menemukan sarang lebah Wallace.

Menurut pengamatan mereka, lebah Wallace tak hanya memiliki ukuran tubuh yang besar. Spesies ini ternyata juga memiliki mandibula atau rahang bawah seperti yang dimiliki kumbang rusa.

Selain itu, dia juga memiliki mulut dan labrum yang besar. Labrum adalah sabuk tulang rawan berbentuk melingkar yang melingkupi bola dan soket sendi seperti pinggul dan bahu. Fungsinya adalah untuk meningkatkan kongruensi dan stabilitas sendi.

Pada 1981, entomolog Adam Catton Messer menggambarkan menyaksikan lebah raksasa Wallace betina menggunakan rahang bawahnya untuk mengikis resin pohon dan menggunakan labrum serta mandibula untuk menggulung resin menjadi bola besar yang kemudian dibawanya ke sarang.

"Penemuan lebah Wallace memberi kita beberapa informasi baru, tetapi kita hampir tidak tahu apa-apa tentang serangga luar biasa ini," kata Wyman, menggemakan reaksi para pakar lain setelah lebah terlihat lagi.

Goulson berkata, mandibula yang dimiliki lebah Wallace secara teori mirip lebah tukang yang digunakan untuk membuat bola-bola guna membentuk sarang.

"Namun lebah tukang sama sekali tidak mengesankan dibanding lebah raksasa Wallace," imbuh Goulson.

Adam Catton Messer sudah menemukan lebah raksasa di daerah pegunungan di tiga pulau berbeda Maluku Utara. Lokasi terpencil dan sulit dijangkau tak heran membuat lebah Wallace sulit ditemukan.

Meski begitu, habitat terpencilnya secara tidak langsung mungkin akan melindungi lebah Wallace dari bisnis perburuan lebah yang menjual spesimen langka.

Bolt dan Wyman mengatakan, kehidupan lebah langka ini perlu dilindungi dan mendapat perhatian lebih. Terlebih, lebah terbesar di dunia itu menghadapi ancaman perburuan ilegal dan hilangnya habitat karena lahan diubah menjadi perkebunan kelapa sawit atau aktivitas lain.

Baca juga: Langka, Seekor Lebah Betina Lahir dari 2 Ayah Tanpa Ibu

"Meskipun terdapat banyak situs sarang yang potensial, lebah itu tampaknya jarang," Messer menulis tentang penemuan kembali pada 1980-an.

"Informan lokal belum pernah melihat lebah sebelumnya. Padahal mereka memiliki julukan  o ofungu ma koana yang berarti raja lebah dan didasarkan pada ukuran tubuhnya".

Seperti halnya dengan persepsi historis lainnya tentang lebah, lebah raja ternyata adalah ratu. Dalam artian, ukuran lebah betina jauh lebih besar dibanding lebah jantan yang ukurannya kurang dari tiga sentimeter atau 1 inci.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau