KOMPAS.com – Lebah madu dikenal sebagai serangga haplodiploid. Artinya, lebah madu menentukan jenis kelamin berdasarkan dari dibuahi atau tidak. Lebah betina berasal dari telur yang dibuahi, sedangkan jantan adalah hasil dari telur yang tidak dibuahi.
Namun dalam kasus yang sangat langka, muncul sistem lain yang dikenal sebagai gynandromorph atau lebah yang berkembang dari beberapa garis sel yang berbeda dan jenis kelamin yang berbeda.
Seorang peneliti dari University of Sydney Australia, Sarah Aamidor dan timnya, sedang menyelidiki lebah gynandromorph untuk lebih memahami fleksibilitas reproduksi lebah madu.
Dalam penelitian mereka yang terbit di Royal Society Biology Letters, Aamidor dan tim melakukan penyelidikan genetik pada 11 lebah madu gynandromorph dari satu koloni. Sebagian besar hasil penelitian mereka menemukan lebah yang memiliki tiga atau empat induk orang tua dengan rincian dua atau tiga ayah pada satu ibu.
Baca juga: Layaknya Manusia, Lebah juga Bisa Kecanduan Zat Adiktif
Nemun, mereka juga menemukan hal yang tak terduga. Seekor lebah betina memiliki materi genetik dari dua ayah, dan tidak memiliki materi genetik sama sekali dari ibu. Para ilmuwan pun berasumsi bahwa ini adalah hasil perpaduan dua sperma.
"Ini adalah laporan pertama dari fenomena lebah dengan dua ayah dan tidak ada. Pada mamalia, embrio tidak dapat berkembang dari dua ayah (atau ibu) jadi itu benar-benar mengejutkan," jelas Aamidor kepada Newsweek pada Selasa (27/11/2018).
Dia melanjutkan, fenomena ini dimungkinkan karena lebah madu menjadi polisperi dan sangat fleksibel dalam cara mereka menyatukan genom. Mungkin ini juga yang menyebabkan mereka menjadi haplodiploid.
Selain pada lebah, tim peneliti memprediksi fleksibilitas ini mungkin juga ditemukan pada serangga haplodiploid lainnya, seperti semut dan tawon.
Baca juga: Penjelasan Ilmiah dari Video Semut Memakamkan Lebah
"Di luar contoh-contoh yang sudah dikenal ini, ada kemungkinan sistem sosial yang sama luar biasanya belum diidentifikasi atau bahkan dibayangkan," tulis para peneliti dalam makalahnya.
Elizabeth Duncan, seorang dosen di bidang zoologi dari Leeds University, turut mengatakan, ini adalah kali pertama para ilmuwan mengamati dua sperma yang bersatu untuk menghasilkan keturunan perempuan pada lebah, semut atau tawon.
"Pada hewan lain, seperti beberapa spesies semut, satu sperma dapat memasuki telur tanpa inti dan terus membentuk keturunan laki-laki. Fenomena yang disebut androgenesis ini dianggap sangat langka dan telah dikaitkan dengan kemampuan beberapa semut," katanya.
Duncan menambahkan, studi ini menunjukkan pada kita bahwa masih ada banyak hal untuk dipelajari. Bukan hanya soal lebah madu, tetapi juga tentang bagaimana cara-cara mereproduksi alternatif ini terjadi dan dampak yang mungkin mereka miliki terhadap kemampuan spesies untuk pindah ke lingkungan baru dan kelangsungan hidupnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.