Perusahaan lain, Evocative Design yang berbasis di New York, menggunakan miselium sebagai agen pengikat untuk menyatukan panel kayu, serta untuk kemasan tahan api.
Jamur terdiri dari jaringan filamen yang disebut hifa. Ketika kondisi pertumbuhan cocok, tubuh buah—struktur khusus untuk produksi spora—sering muncul tiba-tiba; apa yang disebut produk miselium dengan demikian mudah dibudidaya dan dikembangkan.
Miselium dapat ditanam di hampir semua jenis limbah pertanian (mulai kulit serbuk gergaji hingga sekam). Jamur tumbuh bersama di dalam bahan, yang dapat dikonfigurasi dalam bentuk apa pun, membentuk polimer alami yang melekat seperti lem terkuat.
Dengan memanggang jamur pada suhu yang tepat, mereka dibuat lembam, sehingga memastikan bahwa jamur tidak tiba-tiba tumbuh lagi dalam badai hujan. Sementara jamur chanterelle, shiitaki dan portobello mungkin lebih baik dengan pizza daripada plester yang menjamur, satu hal yang jelas: jamur adalah masa depan kita.
3. Batu Bata Urin
Semen, bahan utama beton, menyumbang sekitar 5 persen dari emisi karbon dioksida dunia. Para peneliti dan insinyur sedang bekerja untuk mengembangkan alternatif yang tidak terlalu intensif energi.
Para ilmuwan mengembangkan batu bata yang dibuat dengan butiran sisa pembuatan bir, beton yang mencontoh pemecah gelombang Romawi kuno (Roma membuat beton dengan mencampur kapur dan batu vulkanik untuk membentuk mortar, bahan yang sangat stabil), dan hingga batu bata dari urin.
Baca juga: Batu Bata dari Urine Manusia: Hemat Biaya dan Ramah Lingkungan
Batu bata urin ini dibuat oleh mahasiswa Edinburgh College of Art Peter Trimble saat sedang mengerjakan proyek tesisnya.
Hampir secara tidak sengaja, ia menciptakan "Biostone": campuran pasir (kebetulan, salah satu sumber daya bumi yang paling melimpah), nutrisi, dan urea—bahan kimia yang ditemukan dalam urin manusia.
Memompa larutan bakteri ke dalam cetakan berisi pasir, Trimble merancang ratusan percobaan selama satu tahun sampai ia mengubah resepnya. Mikroba akhirnya memetabolisasikan campuran pasir, urea, dan kalsium klorida, menciptakan lem yang sangat mengikat molekul pasir.
Desain Trimble menawarkan alternatif untuk metode intensif energi dengan proses biologis energi rendah dari pembuatan mikroba. Biostone tidak menghasilkan gas rumah kaca dan menggunakan bahan baku yang tersedia secara luas.
Sementara material Trimble akan membutuhkan penguat sekuat beton, itu bisa menjadi cara murah untuk membangun struktur sementara atau furnitur jalanan.
Paling tidak, Biostone telah melahirkan diskusi tentang cara-cara di mana manufaktur industri dapat dibuat lebih berkelanjutan, khususnya di Afrika Sub-Sahara dan negara-negara berkembang lainnya di mana pasir tersedia.
Namun, batu bata bio ini memiliki kelemahan lingkungan: metabolisme bakteri yang sama yang memadatkan kerjanya juga mengubah urea menjadi amonia. Artinya, bahan ini dapat mencemari air tanah jika lolos ke lingkungan.
4. Papan Partikel yang Lebih Hijau