Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gonjang-ganjing Dunia Peneliti, Membedah Reorganisasi LIPI

Kompas.com - 07/02/2019, 17:30 WIB
Yunanto Wiji Utomo

Penulis

Komunikasi publik apakah jadi KPI?

Itu bukan KPI peneliti. Tapi, dapat kredit kalau mau melakukan. KPI peneliti kan riset. Intinya, harus melakukan riset maka KPI-nya yang itu.

Baca juga: Peneliti LIPI Temukan Cecak Jenis Baru di Pulau Terpencil Indonesia

Sekarang sudah lebih baik. Dulu tidak ada kesetaraan paten dengan jurnal. Makanya, gejalanya ada (yang) meledek hanya menghasilkan kertas.

Komunikasi publik bukankah perlu? Apalagi sekarang di era digital.

Jelas. Tapi itu bukan tugas peneliti. Kalau di struktur sekarang, itu tugasnya humas dan orang Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah (PDII). Itu mereka yang akan komunikasikan. Sumbernya dari peneliti. Datanya dari peneliti.

Hanya saja, kadang yang dibutuhkan adalah peneliti. Misalnya, untuk tulisan konten di web LIPI yang sekarang lebih banyak tulisan seremonial.

Itu akan jadi tugas humas. Peneliti itu susah banget nulis. Orang humas yang punya background science communication akan melakukan itu. Teman-teman humas dan pusat data itu akan wawancara peneliti dan mengemas. Kalau penelitinya bisa menulis, monggo. Tapi itu enggak bisa jadi KPI peneliti. Kalau jadi KPI, nanti jadi wajib.

Jumlah target publikasi dengan setelah reorganisasi ini bagaimana? Apakah akan bertambah?

Kita rencanakan begitu. Tadi kan dua kalau ikut regulasi. Kalau bisa fokus, ya mestinya harus menambah. Itu yang belum kita keluarkan. Dalam proses. Kita masih sibuk di administrasi pendukung.

Bagaimana dengan kenaikan karier penelitinya?

Penelitinya kan naik tidak tergantung struktur. Kenaikan tergantung pada produktivitasnya. Jadi sekarng miskin struktur, kaya fungsi. Untuk naik ya tinggal produktif aja. Kalau bisa menghasilkan KPI 4 tahun dalam setahun, itu dia bisa langsung naik. Kalau ada yang mau balapan ya monggo aja terserah.

Dengan reorgasinasi, apakah persentase dana untuk penelitian lebih besar? Sebelumnya kan dikatakan sebagian besar untuk gaji pegawai.

Secara keseluruhan enggak berubah. Tapi sebenarnya ada beberapa yang punya kesempatan untuk pindah instansi. Pustakawan bisa jadi pindah instansi ke Perpustakaan Nasional. Mungkin bisa berkurang beban pegawai. Cukup lumayan yang minta.

Apa perubahan lain yang terjadi?

Fungsi PDII itu salah satu yang akan berubah. Lebih fokus pada digital, bukan koleksi fisik lagi. Karena koleksi fisik itu kan overlapping dengan Perpusnas. Tapi ya kita sesuaikan. Yang ilmu sosial kita, justru lengkap koleksi fisiknya. Tapi secara umum pengembangannya nanti bakal lebih digital PDII. Tugas kita ke repository dan depository data ilmiah.

Reorganisasi ini juga memungkinkan LIPI lebih banyak menerima diaspora. Penerimaan diaspora sudah kita lakukan sejak tiga tahun belakangan sebenarnya.

Masalah kita kan banyak peneliti berkarier di luar negeri. Kalau kita minta kembali tanpa menyediakan tempat untuk mereka, ya tidak bisa.

Sekarang kita yakin bahwa LIPI bisa menjadi tempat bagi diaspora. Kita punya kapasitas untuk menyediakan infrastruktur penelitian yang memadai. Peneliti khususnya hard science kan harus ada orang dan alat.

Problem penelitian kita itu kan critical mass-nya rendah. Kita merasa ada yang bikin baterai, ada yang bisa bikin mobil listrik; satu orang di sana dan di sini.

Sementara pada kompetitor kita, satu tim 30 orang doktor semua. Jelas tidak apple to apple kompetisinya. Itu hampir semua bidang, khususnya hard science. Itu yang mengakibatkan global innovation index kita itu rendah.

Critical mass tidak hanya untuk sumber daya manusia, tetapi juga untuk alat. Alat kita juga tersebar. Ketiga adalah dana. Rp 300 juta di situ. Rp 100 juta di sini. Jadi, untuk buat sesuatu ya tidak bisa.

Kalau bicara dari sudut critical mass, istilah Pak Jokowi dan Bu Sri Mulyani "diecer ecer" itu ya tidak salah. Rp 25 triliun itu tidak kecil ya tidak salah.

Apa reorganisasi ini bisa atasi masalah itu?

Salah satu yang kita bisa pecahkan adalah soal alat. Kita buka infrastruktur LIPI untuk semua orang. Critical mass untuk infrastruktur itu bisa diselesaikan. Usulan alat baru bisa dipenuhi asalkan ada target. Selama ini, kerap ada alat bagus tapi idle.

Adanya alat ini juga akan memacu kolaborasi antar-peneliti. Kita juga pasang target tinggi untuk peneliti.

Dulu, peneliti dinilai dengan sistem kredit. Akhirnya, banyak yang mengakali dengan menulis di jurnal dan publikasi yang kurang berdampak. Sekarang kita pakai sistem portfolio. Harus ada yang di jurnal berdampak besar. Kalau bagus, angkanya bisa 50. Tapi angka itu sulit dan hanya bisa dicapai kalau berkolaborasi.

Baca juga: Gelembung Ajaib LIPI Bersihkan Sungai Jakarta dari Polusi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau