Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tsunami Selat Sunda: Mengapa Orang "Selfie" Saat Bencana?

Kompas.com - 27/12/2018, 15:30 WIB
Resa Eka Ayu Sartika

Penulis

Dosen psikologi di Universitas Surabaya ini juga mengisahkan bahwa dia melihat sendiri fenomena ini saat membantu penanganan di Pandeglang.

"Seperti kasus bencana di Lombok dan Palu, di Banten kemarin juga banyak orang datang untuk selfie," kisahnya.

Menakar Sensitivitas Sosial

Berkaca dari kasus yang dilihatnya itu, Listyo mengajak kita untuk menakar kembali sensitivitas sosial.

"Cara sederhana menakar social sensitivity kita adalah, apakah kita mampu menjadi pendengar yang baik bagi orang lain?," ujarnya

"Apakah kita mampu hangat dalam berelasi dengan orang lain? Apakah kita memiliki kepedulian terhadap orang lain di sekitar kita? Apakah kita juga memiliki kepekaan terhadap kejadian-kejadian sosial di sekitar kita?," sambung Listyo.

Baca juga: Tsunami Selat Sunda Bisa Terjadi Lagi, tapi Kematian Karenanya Bisa Dihindari

Edukasi Masyarakat

Fenomena ini bukan tanpa solusi. Menurut Listyo, masyarakat bisa diedukasi mengenail hal ini.

"Edukasi yang mengarah sifatnya refleksi. Seperti merenungkan kembali makna tepo sliro...," kata Listyo.

"Artinya menempatkan diri sendiri pada kondisi korban dan keluarganya apakah bila dalam kondisi korban dan keluarga akan merasa seperti apa? Kemarahan dan ketidaknyamanan akan muncul," imbuhnya.

Rasa marah dan tidak nyaman ini nantinya yang akan membangkitkan lagi semangat kesetiakawanan nasional. Dengan kata lain, kesetiakawanan nasional bukan hanya sekedar slogan tetapi langkah nyata.

"Seperti di setiap kelurahan, RT atau RW perumahan mengkoordinasi bantuan apa yang bisa diberikan sehingga menumbuhkan kepekaan pada individu," tutur Listyo.

"Pendidikan keluarga dan sekolah yang mengajarkan ajaran kepedulian dan kasih sayang. Orangtua dan sekolah bisa memfasilitasi dan memberikan contoh kepada anak-anak sejak usia dini untuk peduli terhadap orang lain melalui perilaku sederhana seperti bakti sosial ataupun membantu teman," tambahnya.

Selain itu, Listyo menegaskan peran agama juga penting. Tidak hanya melalui aktivitas ibadah ritual terhadap Tuhan tetapi juga ditekankan relasi baik dan membantu sesama manusia untuk menumbuhkan humanistik.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com