Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tapak Tilas Tsunami Selat Sunda Ungkap 3 Sebab Utamanya

Kompas.com - 24/12/2018, 17:00 WIB
Resa Eka Ayu Sartika

Penulis

KOMPAS.com - Hantaman tsunami yang terjadi di Selat Sunda pada Sabtu (22/12/2018) mengagetkan banyak pihak. Hampir 250 jiwa menjadi korban dalam peristiwa nahas ini.

Namun, tahukah Anda, ini bukan pertama kalinya tsunami menerjang Selat Sunda? Berdasarkan katalog tsunami yang ditulis oleh Soloviev dan Go pada 1974, telah tercatat beberapa kali peristiwa tsunami di Selat Sunda.

1. Tahun 416

Dalam katalog tersebut dijelaskan salah satu tsunami yang tercatat terjadi pada tahun 416. Peristiwa gelombang besar ini terekam dalam sebuah kitab Jawa yang berjudul Pustaka Raja (Book of Kings).

Dalam kitab tersebut dijelaskan bahwa tsunami pada masa itu dipicu oleh erupsi gunung api. Para peneliti menduga gunung api yang dimaksuda adalah Krakatau kuno.

Baca juga: Tsunami Selat Sunda Bisa Terjadi Lagi, tapi Kematian Karenanya Bisa Dihindari

2. Oktober 1722

Catatan lain tsunami di Selat Sunda merujuk pada Oktober 1722. Saat itu terjadi gempa bumi kuat di laut yang terasa hingga Jakarta. Akibat gempa ini, air laut naik seperti air mendidih.

3. 24 Agustus 1757

Pada 24 Agustus 1757, kembali terjadi gempa bumi kuat yang mengakibatkan tsunami. Lindu ini terasa hingga Jakarta dalam durasi cukup panjang, 5 menit.

Efek tsunami menyebabkan air sungai Ciliwung kala itu meluap naik hingga setengah meter dan membanjiri kota Jakarta.

4. 4 Mei 1851

4 Mei 1851, di Teluk Betung dan Teluk Lampung teramati kenaikan muka air laut yang signifikan. Berdasarkan katalog tsunami, kemungkinan fenomena ini akibat longsoran di pantai atau lepas pantai.

5. 9 Januari 1852

Setelah gempa bumi pada 9 Januari 1852 yang terasa dari bagian barat Jawa hingga selatan Sumatera, terjadi kenaikan air laut tak biasa. Peristiwa ini terjadi hanya berselang dua jam dari peristiwa gempa bumi.

6. 27 Agustus 1883

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com