Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 19/10/2018, 17:31 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

Sumber The Verge


KOMPAS.com - Sepekan lalu, 11 Oktober 2018, roket milik Rusia yang bernama Soyuz gagal meluncur dan terpaksa melakukan pendaratan darurat. Roket yang membawa astronot NASA Nick Hague dan kosmonot Rusia Alexey Ovchinin itu awalnya akan menuju Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS).

Belum lama ini Hague melakukan konferensi pers dan menceritakan ulang apa yang sebenarnya dialami dan dirasakannya.

Hague bercerita, selama melakukan peluncuran ia dan Ovchinin ada di dalam kapsul Soyuz. Beberapa menit setelah roket meluncur, tiba-tiba ia merasakan guncangan yang cukup keras.

"Hal pertama yang saya rasakan adalah guncangan cukup keras dari berbagai sisi," kata Hague dilansir The Verge, Selasa (16/10/2018).

Baca juga: Roket Rusia Gagal Meluncur, NASA Sebut Masalah pada Pendorong

Guncangan yang dirasakannya terjadi dalam beberapa detik, kemudian alarm berbunyi disusul lampu darurat yang menyala. Jelas, tanda tersebut menunjukkan adanya kegagalan peluncuran.

"Saat saya melihat lampu menyala, saya tahu bahwa ada masalah pada pendorong. Di titik itu saya juga yakin kami batal mengorbit, kami sedang dalam keadaan darurat," imbuhnya.

Benar saja dugaan Hague, setelah itu misi roket Soyuz langsung berubah menjadi pulang ke Bumi dengan selamat.

Segera setelah kegagalan itu, kapsul Soyuz yang membawa Hague dan Ovchinin beralih ke mode batalkan atau abort dan terpisah dari roket yang gagal.

Artinya, para astronot sempat mengalami momen singkat tanpa bobot selagi kapsul melayang di udara.

Kemudian, gravitasi segera mengambil alih dan kapsul meluncur dari jarak 31 mil atau sekitar 50 kilometer di atas permukaan tanah.

Pendaratan yang dilakukan adalah dengan menggunakan mode ballistic descent. Saat kapsul melakukan pendaratan dengan mode ini, kapsul akan meluncur dengan sudut yang lebih curam dibanding pendaratan normal dan menghasilkan jumlah G-force yang lebih tinggi dibanding normal.

Sebagai perbandingan, tekanan gravitasi Soyuz bila melakukan pendaratan normal adalah 5G. Sementara yang dirasakan Hague dan Ovchinin kemarin adalah 6,7 G.

Tekanan gravitasi sebesar itu sebenarnya dapat membahayakan tubuh manusia, terutama jika tekanan gravitasi yang lebih tinggi dirasakan dalam waktu cukup lama.

Beruntung, Hague dan Ovchinin hanya merasakan guncangan yang tinggi selama beberapa detik sebelum parasut kapsul mengembang.

"Ini seperti melemparkan bola ke udara, kemudian gravitasi mengambil alih dan mulai menjatuhkannya (bola)," terang pria 43 tahun itu.

Halaman:
Sumber The Verge


Video Pilihan Video Lainnya >

Rekomendasi untuk anda
28th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

Terkini Lainnya

Mengatasi Polusi Udara Dengan Teknologi Plasma

Mengatasi Polusi Udara Dengan Teknologi Plasma

Fenomena
Bagaimana Seharusnya Sampah Dipilah?

Bagaimana Seharusnya Sampah Dipilah?

Kita
Bagaimana Terumbu Karang Terbentuk?

Bagaimana Terumbu Karang Terbentuk?

Oh Begitu
Apa Itu BPA dan Dampaknya bagi Kesehatan?

Apa Itu BPA dan Dampaknya bagi Kesehatan?

Oh Begitu
Apakah Ikan Air Tawar Terbesar di Dunia?

Apakah Ikan Air Tawar Terbesar di Dunia?

Fenomena
Apa Saja Dampak Siklon Tropis terhadap Wilayah Indonesia?

Apa Saja Dampak Siklon Tropis terhadap Wilayah Indonesia?

Fenomena
Fakta-fakta Menarik Kentut, Soda Bikin Lebih Sering Kentut (Bagian 2)

Fakta-fakta Menarik Kentut, Soda Bikin Lebih Sering Kentut (Bagian 2)

Oh Begitu
Seberapa Akurat Ingatan Masa Kecil Kita?

Seberapa Akurat Ingatan Masa Kecil Kita?

Kita
Seperti Apa Gejala Virus Nipah yang Parah?

Seperti Apa Gejala Virus Nipah yang Parah?

Oh Begitu
Seperti Apa Hiu Tertua yang Berusia Ratusan Tahun?

Seperti Apa Hiu Tertua yang Berusia Ratusan Tahun?

Oh Begitu
Apakah Ikan Air Asin Bisa Hidup di Air Tawar?

Apakah Ikan Air Asin Bisa Hidup di Air Tawar?

Oh Begitu
8 Cara Menjaga Kesehatan Saat Cuaca Panas Ekstrem

8 Cara Menjaga Kesehatan Saat Cuaca Panas Ekstrem

Oh Begitu
Apa Penyebab Cuaca Panas Ekstrem di Indonesia?

Apa Penyebab Cuaca Panas Ekstrem di Indonesia?

Oh Begitu
Mengapa Tidak Ada Narwhal di Penangkaran?

Mengapa Tidak Ada Narwhal di Penangkaran?

Oh Begitu
Bagaimana Wortel Bisa Berwarna Oranye?

Bagaimana Wortel Bisa Berwarna Oranye?

Oh Begitu
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com