Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kisah Astronot NASA Selamat dari Roket Soyuz yang Gagal Meluncur

Belum lama ini Hague melakukan konferensi pers dan menceritakan ulang apa yang sebenarnya dialami dan dirasakannya.

Hague bercerita, selama melakukan peluncuran ia dan Ovchinin ada di dalam kapsul Soyuz. Beberapa menit setelah roket meluncur, tiba-tiba ia merasakan guncangan yang cukup keras.

"Hal pertama yang saya rasakan adalah guncangan cukup keras dari berbagai sisi," kata Hague dilansir The Verge, Selasa (16/10/2018).

Guncangan yang dirasakannya terjadi dalam beberapa detik, kemudian alarm berbunyi disusul lampu darurat yang menyala. Jelas, tanda tersebut menunjukkan adanya kegagalan peluncuran.

"Saat saya melihat lampu menyala, saya tahu bahwa ada masalah pada pendorong. Di titik itu saya juga yakin kami batal mengorbit, kami sedang dalam keadaan darurat," imbuhnya.

Benar saja dugaan Hague, setelah itu misi roket Soyuz langsung berubah menjadi pulang ke Bumi dengan selamat.

Segera setelah kegagalan itu, kapsul Soyuz yang membawa Hague dan Ovchinin beralih ke mode batalkan atau abort dan terpisah dari roket yang gagal.

Artinya, para astronot sempat mengalami momen singkat tanpa bobot selagi kapsul melayang di udara.

Kemudian, gravitasi segera mengambil alih dan kapsul meluncur dari jarak 31 mil atau sekitar 50 kilometer di atas permukaan tanah.

Pendaratan yang dilakukan adalah dengan menggunakan mode ballistic descent. Saat kapsul melakukan pendaratan dengan mode ini, kapsul akan meluncur dengan sudut yang lebih curam dibanding pendaratan normal dan menghasilkan jumlah G-force yang lebih tinggi dibanding normal.

Sebagai perbandingan, tekanan gravitasi Soyuz bila melakukan pendaratan normal adalah 5G. Sementara yang dirasakan Hague dan Ovchinin kemarin adalah 6,7 G.

Tekanan gravitasi sebesar itu sebenarnya dapat membahayakan tubuh manusia, terutama jika tekanan gravitasi yang lebih tinggi dirasakan dalam waktu cukup lama.

Beruntung, Hague dan Ovchinin hanya merasakan guncangan yang tinggi selama beberapa detik sebelum parasut kapsul mengembang.

"Ini seperti melemparkan bola ke udara, kemudian gravitasi mengambil alih dan mulai menjatuhkannya (bola)," terang pria 43 tahun itu.

Perjalanan pertama yang sangat mengesankan

Perjalanan Hague dengan Soyuz adalah yang pertama dilakukannya. Sehingga semua yang dialami veteran Angkatan Udara ini adalah yang pertama, termasuk kegagalan peluncuran dan harus melakukan pendaratan darurat.

Tapi ia beruntung, menjadi militer membantunya paham bagaimana mengatasi situasi sulit dan darurat.

Pria yang juga pernah mengalami kegagalan saat di Angkatan Udara mengatakan bahwa cara terbaik untuk melewati situasi darurat adalah tetap tenang dan melakukan semua hal yang sudah diajarkan saat pelatihan.

"Percayalah, pelatihan itu ada untuk membuat Anda tetap aman. Hal yang saya lakukan selaku melesat turun ke tanah adalah mencoba untuk tetap tenang dan fokus," katanya.

Hague mengaku sulit untuk menggambarkan kembali apa yang dialaminya. "Itu semua sensasi yang tidak bisa kami simulasikan. Kami terpental dan terlontar di dalam kapsul," imbuhnya.

Untungnya Ovchinin pernah mendarat menggunakan Soyuz sebelumnya, sehingga ia mengerti apa yang normal dan tidak normal.

Setengah jam kemudian, kapsul berhasil mendarat dengan aman di Kazakhstan. Saat menginjak tangan, mereka hanya bisa menyeringai, berjabat tangan, dan mengeluarkan beberapa lelucon tentang betapa singkatnya penerbangan mereka.

Hague dan Ovchinin pun langsung menelepon keluarganya dengan telepon satelit, mengabarkan bahwa mereka selamat dan aman.

Orang pertama yang langsung terlintas di kepala adalah istrinya. Sayang, telepon tidak tersambung dan justru masuk ke voicemail. "Jadi sekarang dia (istrinya) punya pesan suara yang bisa disimpan sebagai kenang-kenangan," katanya.

Tim medis segera menyambangi lokasi pendaratan dann segera membawa Hague serta Ovchinin kembali ke Baikonur Comodrome, tempat mereka melakukan peluncuran. Di sinilah mereka bertemu kembali dengan keluarga masing-masing.

"Saya langsung memeluk istri saya dan saat itu saya merasa, 'oke saya akhirnya kembali dan semua aman'," tuturnya.

Ia pun yakin untuk terbang menggunakan roket Soyuz lagi bila memang diharuskan. Pasalanya, ia merasakan sendiri sistem daruratnya terbukti telah menyelamatkan hidupnya.

"Ada sistem pembatalan peluncuran yang terus menerus melindungi saya dari sekitar satu jam sebelum peluncuran hingga saya mencapai orbit. Dan saat berada di sana, kita bisa saja mengalami kegagalan dan sistem itu akan melindungi saya," ujar Hague.

Roket Soyuz

Roket Soyuz lepas landas dari Kazakhstan sekitar pukul 4.40 ET (15.40 WIB). Hanya dua setengah ment setelah itu, kendaraan mulai mengalami gangguan.

Hingga saat ini belum jelas diketahui apa penyebabnya. Perusahaan ruang angkasa Rusia, Roscosmos, menduga hal itu karena ada kontak yang tidak disengaja selama tahap pemisahan.

Roket Soyuz memiliki empat pendorong yang mengelilingi pusat inti roket yang akan melepaskan diri selama penerbangan. Dugaan sementara, salah satu pendorong itu menabrak bagian tengah roket.

Kegagalan peluncuran roket Soyuz juga merupakan kegagalan pertama bagi Rusia dalam 35 tahun dan tercatat yang ketiga dalam sejarah.

https://sains.kompas.com/read/2018/10/19/173100023/kisah-astronot-nasa-selamat-dari-roket-soyuz-yang-gagal-meluncur

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke