KOMPAS.com – Pada umumnya, orang-orang membayangkan bahwa roket bergerak vertikal menuju orbit. Faktnya, tidak lama setelah diluncurkan, kebanyakan roket akan bermanuver sampai hampir paralel dengan permukaan bumi untuk mengurangi tekanan gravitasi sebelum melepaskan muatannya ke orbit.
Namun, bukan ini yang dilakukan oleh roket Space X, Falcon9, pada tahun lalu. Dalam misi Formosat-5, roket yang membawa beban ringan dari Taiwan seberat 475 kilogram tersebut terus meluncur secara vertikal di ionosfer sebelum mencapai tujuannya pada ketinggian 720 kilometer.
Akibat kejadian ini, plasma ionosfer kita sempat berlubang, ungkap para peneliti dalam makalah baru yang dipublikasikan di Space Weather.
Baca juga : Roket Terkuat di Dunia Bisa Bawa Mobil ke Luar Angkasa
Para peneliti menjelaskan bahwa roket misi Formosat-5 mencapai ketinggan 300 kilometer dalam lima menit karena bergerak vertikal. Ini menyerupai letusan gunung berapi.
Gerakan ini tidak menciptakan gelombang kejut berbentuk V pada ionosfer yang biasanya ditinggalkan oleh roket dan misil, melainkan sebuah gelombang kejut berbentuk lingkaran yang luasnya 1,8 juta kilometer persegi. Ini merupakan gelombang kejut lingkaran terbesar yang disebabkan oleh roket dalam sejarah.
Beberapa menit kemudian, sebuah lubang terbuka selama dua hingga tiga jam pada plasma ionosofer. Dengan diameter 900 kilometer, lubang ini seperti badai magnet lokal dan menyebakan gangguan sementara pada program navigasi GPS sejauh satu meter.
Meskipun terdengar mengerikan, fenomena ini bukan sesuatu yang patut dikhawatirkan untuk saat ini.
Baca juga : Benarkah Bantuan Elon Musk akan Jadi Kunci Pendaratan Manusia di Mars?
Charles CH Lin dari National Cheng Kung University di Taiwan yang memimpin studi ini berkata bahwa gangguan pada ionosofer atau troposfer dan faktor-faktor lain telah berkali-kali menimbulkan gangguan pada navigasi GPS hingga sejauh 20 meter.
Akan tetapi, semakin sering dan semakin besarnya peluncuran roket di masa depan harus menjadi perhatian khusus.
Lin mengatakan, manusia memasuki era di mana peluncuran roket menjadi semakin umum dan sering karena berkurangnya biaya roket yang bisa dipakai kembali. Sementara itu, kita terus mengembangkan roket yang lebih kuat untuk mengirim kargo ke planet lain.
“Dua faktor ini akan semakin memengaruhi atmosfer tengah dan atas. Ini adalah sesuatu yang harus jadi perhatian,” katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.