KOMPAS.com — Seorang ibu menceritakan keadaan anak perempuannya yang berusia empat tahun terserang bakteri Pseudomonas aeruginosa di kandung kemihnya. Dokter menduga anak itu kerap diajak ke lingkungan rumah sakit oleh orangtuanya. Hal itu dibenarkan oleh sang ibu.
Informasi ini banyak tersebar di media sosial mulai dari Facebook hingga Instagram. Sang ibu menuliskan percakapan antara dirinya dan dokter yang menangani anaknya.
Awal cerita, ia membawa anaknya ke sebuah rumah sakit di bilangan Cikini, Jakarta Pusat. Di sana, sang anak ditimbang dan ternyata memiliki berat badan di bawah standar berat badan anak seusianya.
Ia bertanya kepada dokter, apakah berat badan di bawah standar ini dikarenakan anaknya lahir prematur mengingat pola makannya normal dan cenderung lahap.
Namun, dokter spesialis anak yang menanganinya menyebut ada dua kemungkinan mengapa berat badan anak bisa ada di bawah standar. Pertama tuberkulosis (Tbc) atau yang kedua infeksi saluran kemih.
Dokter menyebut kemungkinan tuberkulosis sangat rendah karena kondisi anak yang aktif dan tidak lemas layaknya seseorang yang terkena penyakit itu. Dokter menyarankan untuk dilakukan tes urine pada anak.
Setelah dilakukan uji mendalam terhadap kandungan urine, ditemukan bakteri Pseudomonas aeruginosa sebanyak 100.000/ml dari air kencing anak tersebut.
Menurut dokter, bakteri ini banyak dijumpai di rumah sakit dan berbahaya karena dapat menimbulkan komplikasi. Sang ibu pun mengakui dirinya kerap membawa anaknya saat berkunjung ke rumah sakit untuk menjenguk teman yang sedang dirawat.
Untuk menanganinya, dilakukan suntikan antibiotik selama lima hari untuk membunuh bakteri. Setelah itu akan dilakukan uji urine kedua untuk memastikan keadaan si anak sudah terbebas dari bakteri berbahaya.
Baca juga: Alasan Orangtua Perlu Perhatikan Tumbuh Kembang Anak Sejak Dini
Beberapa gejala ISK antara lain demam, rewel, penurunan berat badan, muntah, gangguan pertumbuhan, dan sebagainya.
"Gejala klinis ISK sangat bervariasi. Perlu diketahui juga pada sebagian besar anak, ISK tidak menunjukkan gejala klinis alias asimptomatik," kata Marlyn.
Penyakit infeksi yang satu ini juga harus mendapatkan penanganan medis karena dapat menyebabkan komplikasi serius seperti gagal ginjal.
Menurut dr Marlyn, infeksi ini bisa disebabkan oleh virus, jamur, dan bakteri. Salah satu bakteri yang menjadi penyebab ISK adalah Pseudomonas aeruginosa.
"Pseudomonas aeruginosa adalah bakteri gram negatif, berkapsul, dan memiliki flagella sehingga bersifat motil atau bisa bergerak," ujar Marlyn.