Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tutur Sejarah Kolonial tentang Gempa-gempa yang Guncang Bali dan Jawa

Kompas.com - 16/10/2018, 18:06 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

Seperti Bali, Pulau Jawa juga dilintasi banyak sesar darat yang aktif.

"Gempa di Situbondo ini harus membuat kita sadar bahwa gempa dengan kekuatan yang sama bisa terjadi di daratan Pulau Jawa," kata Irwan Meilano, ahli gempa bumi dari Institut Teknologi Bandung.

Peneliti gempa dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Gayatri Indah Marliyani juga mengatakan bahwa ada beberapa sumber yang merekam banyak kejadian gempa saat masa kolonial di pulau Jawa.

"Dari hasil kajian paleseismologi memang ada gempa berulang berkekuatan sekitar 6-7 di berbagai lokasi di Jawa. Kekuatan sebesar itu kalau di darat dekat pemukiman akan menimbulkan kerusakan besar, seperti di Yogyakarta tahun 2006 yang korbannya sampai 6.000 orang," kata Gayatri.

Baca juga: Gempa Palu, Bagaimana Ban Bekas Bisa Menghentikan Gedung Runtuh?

Salah satunya, tercatat ada gempa merusak yang terjadi pada 26 November 1852 berpusat di Grati, Pasuruan, Jawa Timur. Gempa tersebut dirasakan sampai Surabaya, yang jaraknya sekitar 60 kilometer dari Gatri.

Catatan Visser SW (1922) telah merekam setidaknya 21 kali gempa cukup kuat yang pernah terjadi di Pulau Jawa dari kurun 1699 hingga 1920. Beberapa daerah yang disebut menjadi pusat gempa di antaranya, Cirebon, Rembang, Banyumas, Ambarawa, Yogyakarta, Kuningan, Cianjur, Sukabumi, Majalengka, Madiun, hingga Salatiga.

Gempa besar di ibukota

Jakarta tak luput dari catatan gempa besar. Dalam katalog yang ditulis Arthur Wichman, gempa sangat kuat pernah dirasakan Jakarta pada 5 Januari 1699 sekitar pukul 01.30, ketika hujan lebat.

Selain banyak bangunan roboh, gempa juga menyebabkan longsor besar di Gunung Gede Pangrango dan Gunung Salak.

"Banjir bandang berisi lumpur dan kayu memenuhi Sungai Ciliwung di Batavia, mengalir ke laut. Di mana-mana terjadi kehancuran," tulis dokumen ini.

Ahli gempa bumi dari Research School of Earth Sciences, Australian National University PR Cummins, saat menjadi pembicara kunci dalam lokakarya di Tsunami & Disaster Mitigation Research Centre (TDMRC) Universitas Syiah Kuala Aceh, pekan lalu menyebutkan, sumber-sumber kolonial menunjukkan, hampir seluruh Pulau Jawa pernah diguncang gempa bumi di atas skala 5 Modified Mercalli Intensity (MMI) dalam kurun 1699 hingga 1867.

Baca juga: Jangan Ditanya Lagi, BMKG Tidak Bisa Prediksi Gempa

Dengan  melihat kepadatan penduduk dan kualitas konstruksi bangunan saat ini, Cummins mengkhawatirkan, jika gempa-gempa ini terjadi kembali saat ini, jumlah korban jiwa bisa lebih dari 10.000. Khusus untuk gempa besar yang pernah melanda Jakarta tahun 1699,  korban jiwa bisa mencapai lebib dari 100.000 jiwa.

Selain itu, gempa kuat juga merusak rumah-rumah di di Jakarta pada 1780 (Wichman, 1918). Beberapa kali kejadian gempa di Jakarta ini membuat sejumlah peneliti menduga kuat adanya sesar darat melintas di  kota ini, sekalipun sampai saat ini jalur persisnya belum diketahui karena kepadatan hunian dan juga lapisan sedimen tebal.

Hingga saat ini gempa bumi memang belum bisa diprediksi kapan terjadinya. Namun dari data-data sejarah ini, hanya soal waktu kota-kota padat penduduk di Pulau Jawa akan kembali mengalaminya.

Melalui mitigasi, di antaranya memperkuat bangunan menjadi tahan gempa, risiko kerugian dan jumlah korban bisa dikurangi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com