Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jangan Ditanya Lagi, BMKG Tidak Bisa Prediksi Gempa

Kompas.com - 12/10/2018, 11:44 WIB
Yunanto Wiji Utomo

Penulis

KOMPAS.comGempa bermagnitudo 6,4 mengguncang Sumenep pada Kamis (9/10/2018). Gempanya tak sebesar yang terjadi di Palu maupun Lombok, tetapi tetap memicu tsunami komentar di media sosial.

Segera setelah Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geosfisika (BMKG) memberitahukan gempa tersebut, seorang warganet membalasnya.

"Bisa gk sie min ngasi peringatannya itu jauh2 sblm terjadi. Biar bisa antisipas, keknya fungsi BMKG d negara lain itu gitu, bukan ngabarin sedetik sblum kejadian," demikian posting pertamanya.

"Itu ada alatnya, seharusnya jika di pasang bener, kalo kejadiannya d laut ada waktu buat ngabarin yg di darat! Bukan update stelah kejadian," dia melanjutkan.

Pada saat yang sama, orang ramai-ramai mencari tahu apakah gempa bisa diprediksi. Ini salah satunya terlihat dari top kewyord yang muncul di Analytics Kompas.com.

Orang googling dengan kata atau frase kunci: prediksi gempa, prediksi gempa BMKG, ramalan gempa, ramalan gempa menurut primbon Jawa, hal-hal mistis gempa Lombok, dan lainnya.

Baca juga: Gempa Situbondo, Ternyata Penyebabnya Belum Diketahui dan Dipetakan

Untuk Anda semua yang masih mencari hal tersebut, ada berita buruk.

BMKG sampai sekarang belum bisa membuat prediksi gempa. Bukan cuma BMKG, tapi tak ada satu pun lembaga riset di dunia yang bisa memprediksi.

"Hingga saat ini, tidak ada satu pun lembaga resmi dan pakar yang kredibel dan diakui mampu memprediksi gempa," kata Kepala Bidang Informasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono beberapa waktu lalu.

Dia mengungkapkan, hingga kini hanya ada satu peristiwa gempa yang "berhasil" diprediksi, yaitu gempa Haicheng di China dengan magnitudo 7,5.

Berhasil bertanda kutip sebab tidak bisa dipastikan jelas apakah memang keberhasilan memprediksi atau hanya kebetulan.

Prediksi sudah keluar setahun sebelum gempa terjadi. Beberapa jam sebelum gempa, China mengevakuasi penduduk kota beberapa jam sebelum gempa terjadi. Sebanyak 90 persen bangunan hancur saat gempa, tapi 90.000 penduduk selamat.

Setelah itu, China getol melakukan riset prediksi gempa. Namun nyatanya, prediksi kerap meleset dan banyak warga China juga tewas akibat gempa.

Selain China, Jepang juga melakukan riset prediksi gempa, tetapi tahun 2011 mereka kecolongan dengan gempa bermagnitudo 9 yang memicu tsunami dan bencana nuklir.

Amerika Serikat yang mempunyai sesar San Andreas juga melakukan riset prediksi gempa. Mereka memasang alat pengukur regangan strainmeter dan tiltmeter, memonitor gas radon, dan perubahan suhu.

Halaman:


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau