Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 07/10/2018, 16:40 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

"BMKG dapat disebut gagal atau kecolongan bila terjadi tsunami tetapi tidak memberikan peringatan dini sebelumnya," imbuh Daryono.

Meskipun sistem teknolgi dari InaTEWS sudah bekerja dengan baik, tetapi subsistem yang menghubungkan ke masyarakat tampaknya masih banyak masalah.

Dalam kasus tsunami Palu, peringatan dini dari BMKG terbukti telah dikirim melalui berbagai sarana diseminasi, meski ternyata sms peringatan dini tidak sampai ke masyarakat Palu dan Donggala.

"Menurut laporan, penyedia layanan sms mengalami gangguan akibat gempa kuat," jelas Daryono.

Selain itu, dengan status ancaman tsunami “siaga” maka estimasi tinggi tsunami berkisar antara 0,5 - 3,0 meter.

Mestinya sirine di Teluk Palu dibunyikan oleh pemerintah daerah sebagai perintah evakuasi, tetapi sirine tidak berbunyi. Ternyata peralatan penerima warning WRS milik BMKG di BPBD Palu juga terganggu akibat gempa.

Di kawasan pesisir yang sumber gempanya dekat pantai maka fungsi peringatan dini tsunami kurang bekerja efektif.

"Untuk itu, tidak ada pilihan lain bagi masyarakat kecuali menerapkan evakuasi mandiri dengan menjadikan gempa kuat sebagai peringatan dini tsunami. Begitu terjadi gempa kuat segera menjauh dari pantai. Sistem peringatan dini tsunami masih bermanfaat untuk informasi potensi tsunami dan mengakhiri peringatan dini," terangnya.

Baca juga: Perkawinan Minim Teknologi dan Mitigasi Rendah Lahirkan Bencana Palu

Selama ini memang masih ada masalah mendasar yang belum selesai. Antara warning yang dikeluarkan BMKG dan respon pemerintah daerah belum "terhubung" dengan baik. Pemerintah daerah harus memiliki SOP pengambilan keputusan untuk merespon status ancaman tsunami, selain terus memberikan edukasi mitigasi ke masyarakat.

"Jika semua masalah ini terselesaikan maka kiranya akan dapat membantu BMKG dalam menyelamatkan masyarakat supaya tidak jatuh korban lagi saat terjadi tsunami," tegasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com