"Normalnya, satu jam mendapatkan 10 kg," kata Saridjan.
Febriyanti yang sudah lama mengelola sampah di Bank Sampah Dhuawar Sejahtera, mengakui kesadaran masyarakat Kulon Progo mengelola sampah belum maksimal. Padahal sampah memiliki banyak manfaat jika bsia dikelola.
"Di sini saja, kita butuh setahun untuk mensosialisasikan bank sampah ke masyarakat."
Dengan pengelolaan sampah, masyarakat juga mendapatkan banyak keuntungan, mengolah sampah menjadi kerajinan dan masyarakat punya rekening sendiri dari tabungan sampah.
Setelah sampah plastik terkumpul dan jalanan dengan aspal mulus sudah membentang, pelibatan para pelajar dan bank sampah akan tetap dilakukan, kata Arif Prastowo, kepala dinas lingkungan hidup Kulon Progo.
"Pascaplastik kresek itu nanti, program ini tetap berjalan. Dan seterusnya nanti tidak hanya plastik kresek, tapi ada juga kertas, kaleng dan semuanya bekerja sama dengan bank sampah," ujarnya.
Dalam praktiknya, tidak semua pelajar membawa plastik setiap hari ke sekolah. Seperti yang terjadi di SMA Negeri 1 Pengasih, Kulon Progo.
Ambar Gunawan, Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Pengasih, mengaku mengalami kesulitan meminta siswanya membawa plastik kresek ke sekolah.
"Kalau SD atau SMP mungkin ketaatannya bagus, tapi untuk SMA ada kendala atau memang di rumah tidak ada plastik kresek," katanya.
Padahal Ambar mengaku sudah memberikan pengumuman kepada seluruh jajaran sekolah, terutama siswanya yang untuk mengumpulkan tas kresek bekas di sekolah. Mereka boleh membawa setiap hari atau membawa pada saat tas kresek akan diambil pihak kecamatan.
Di SD Negeri 2 Pengasih, pengumpulan plastik kresek juga tidak berjalan maksimal. Tidak semua murid membawa. Malahan ada siswa yang membawa plastik kresek baru karena takut dimarahi guru jika tidak membawa.
"Ada siswa yang malah mengumpulkan plastik kresek baru," kata Sumiyono, Kepala Sekolah SDN 2 Pengasih.
Nadin, siswi SDN 2 Pengasih, mengaku, belum pernah mengumpulkan sampah plastik kresek ke sekolah. "Di rumah tidak ada plastik," katanya.
Petrus Setia Wibawa, guru SMP Negeri 1 Sentolo, yang juga menajdi koordinator lingkungan di sekolah itu, memandang program yang digalakkan pemerintah untuk mengatasi persoalan sampah plastik kresek sudah baik.
"Hanya saja saya kurang optimis kalau itu bisa berjalan dalam waktu panjang, kalau sifatnya cuma insindentil mungkin bisa," kata Petrus. "Mungkin anak-anak juga akan merasa bosan atau kurang tertarik," imbuhnya.
Baca juga: Ilmuwan Sebut Jamur Bisa Jadi Solusi Krisis Polusi Plastik Dunia