KOMPAS.com - Sudah dua pekan terakhir, Tiara membawa plastik kresek ke sekolahnya di SMP Negeri 1 Sentolo, Kabupaten Kulon progo, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
"Bagus untuk pengelolaan sampah. Ketimbang sampah plastiknya tak berguna di rumah, mending dibawa ke sekolah," katanya.
Kegiatan Tiara ini sejalan dengan imbauan Arif Prastowo, selaku kepala Dinas Lingkungan Hidup Kulonprogo, agar semua pelajar di kabupaten itu mengumpulkan plastik kresek.
Di Kulon Progo ada sekitar 70.000 pelajar, mulai dari SD sampai SMA atau sederajat. Jika setiap hari semua pelajar membawa satu plastik kresek, diharapkan dalam sebulan ada lebih dari dua juta plastik kresek yang terkumpul.
Baca juga: Pelajar Kulon Progo Wajib Kumpulkan Kresek Bekas, Ini Alasannya
"Ini juga pembelajaran kepada siswa sejak usia SD agar peduli kepada lingkungan untuk mengelola plastik secara benar. Tidak dibuang, tapi dibawa ke sekolah lalu kami ambil dan kami setorkan ke Bank Sampah," kata Arif.
Selain melibatkan para pelajar, Kabupaten Kulon Progo juga memberdayakan bank sampah untuk mewujudkan proyek mengubah plastik kresek menjadi bahan pembuatan aspal.
Kabupaten Kulon Progo memiliki 94 bank sampah. Tapi cuma 37 saja yang aktif. Sementara sisanya tidak aktif atau sudah mati.
Menurutnya, proyek aspal berbahan campuran sampah plastik kresek, adalah kesempatan untuk kembali mengaktifkan dan memberdayakan bank sampah.
Bank Sampah, kata Arif, harus menerima setoran plastik kresek dari pihak sekolah. Bank sampah kemudian harus menyediakan tabungan untuk anak-anak sekolah yang menyetorkan sampah.
Arif Prastowo membayangkan, seandainya 70.000 siswa di Kulonprogo datang ke sekolah dengan membawa sampah, pemerintah Kulonprogo sudah bisa menyelesaikan persoalan sampah hampir separuh jumlah Kepala Keluarga di Kulonprogo yang mencapai 120.000 KK.
"Kita bayangkan ini jadi gerakan cukup massal melalui sekolahan," katanya.
Secara finansial, ada keuntungan yang didapatkan siswa meskipun cuma Rp500 setiap 1 kg plastik. Tapi, menurut Arif, jumlah itu akan menjadi lebih banyak dan dalam satu tahun sekolah bisa mendapatkan banyak tabungan.
"Selama ini masyarakat pada umumnya belum paham, ada pengetahuan tapi belum memadai. Perangkatnya memang kurang menyentuh ke sana. Tapi dengan adanya program ini (aspal), harapannya masyarakat bisa paham," tuturnya.
Salah satu bank sampah yang diberdayakan adalah Dhuawar Sejahtera yang terletak di Dusun Kroco, Desa Sendangsari, Kecamatan Pengasih. Bangunan berukuran 6 X 12 meter itu terpilih menjadi bank sampah induk pengelola limbah plastik kresek.
Semua limbah plastik kresek dari semua sekolah di Kulonprogo dicacah menjadi kecil-kecil yang nantinya menjadi bahan campuran aspal.