KOMPAS.com - Permen merupakan salah satu kudapan yang disukai hampir semua orang. Mulai dari anak-anak hingga orang tua menyukai penganan ini karena rasanya yang manis.
Rasa manis inilah yang membuat permen menjadi bentuk lain konsumsi gula oleh manusia. Namun, tahukah Anda permen punya sejarah dan budaya panjang hingga berbentuk seperti saat ini?
Sejarah permen tidak luput dari perkembangan rasa manis.
Mulanya manusia mengenal rasa manis dari madu. Hal ini terlihat dari lukisan gua di Spanyol yang menggambarkan seorang pria menyendoki madu dari sarang lebah.
Lukisan yang berasal dari tahun 6000 sebelum masehi (SM) itu menunjukkan gambar orang yang memanjat pohon dan berjuang melawan lebah.
Selanjutnya, manusia mulai mengenal "buluh yang menghasilkan madu tanpa lebah" yaitu tebu. Merunut sejarah, tebu pertama kali ditemukan di Asia Tenggara, tepatnya Papua Nuigini.
Tanaman ini kemudian menyebar ke India. Negara inilah yang pertama kali yang memproduksi gula dengan merebus air perasan tebu.
Selain menjadi gula, air perasan tebu tersebut juga dioleh menjadi "khanda". Kata khanda dalam bahasa Sansekerta ini kemudian menjadi etimologi kata candy atau permen dalam bahasa Indonesia.
Meski asal katanya dari Sansekerta, permen pertama sebenarnya dibuat oleh masyarakat Mesir kuno sekitar tahun 2000 SM. Saat itu, permen digunakan dalam berbagai upacara untuk menyembah dewa dan dewi.
Permen yang dibuat ketika itu menggunakan madu, buah ara, kacang, kurma, dan rempah-rempah.
Baca juga: Mirip Permen, Benda Berwarna-warni Ini Telur Laba-laba Beracun
Di waktu bersamaan, orang Yunani juga membuat manisan dari buah, batang, dan bunga. Sedangkan rasa manisnya diperoleh dari sirup buah ara atau kurma.
Di belahan bumi lain, orang Romawi dan China membuat gula-gula dengan madu yang dipanaskan dalam oven.
Ketika Persia menyerang India sekitar tahun 250, alih-alih mencuri resep rahasia permen, kedua negara ini bekerja sama untuk menjual gula merah dan permen sebagai benda mewah.
Sayangnya, hal ini berakhir ketika Arab menyerang pada tahun 642. Sejak saat itu, resep rahasia pembuatan gula dan permen tersebar luas.
Saat tebu tersebar di seluruh dunia, beberapa negara kemudian memasukkannya dalam semua makanan tradisional. Salah satu negara yang melakukan hal ini adalah China.
Mereka membuat jenis permen baru dengan menggunakan jahe, akar licorice, dan kacang.
Tahun 950 di Arab, mereka menemukan karamel. Mulanya digunakan untuk menghilangkan bulu atau rambut. Mereka juga menggunakan karamel untuk membuat patung dari pasta gula dalam bentuk pohon dan binatang.
Bahkan tak lama kemudian, orang Arab membuat kilang gula pertam di dunia di sebuah pulau yang mereka sebut "Candia".
Selama perang salib dan adanya rute perdagangan dari Eropa diperluas ke timur, para tentara dan pedagang mulai membawa gula dan permen kembali ke Eropa.
Namun saat itu gula dan permen tetap menjadi barang mewah nan langka dan mahal. Ini membuat kudapan ini hanya tersedia di meja makan orang kaya saja.
Di masa perang seperti saat tersebut, gula dan permen dipercaya sebagai obat masalah pencernaan. Itu membuat kepopuleran permen makin meningkat.
Baca juga: Permen Sebabkan Batuk
Terlebih saat perang, masalah pencernaan sering terjadi akibat konsumsi makanan tidak segar dan seimbang. Untuk obat, biasanya permen juga dibuat dari bumbu dapur sepertu cengkeh, jahe, almond, dan biji pinus yang dicelupkan ke dalam gula cair.
Setelah memasuki Eropa, permen mulai dikenal di Amerika pada awal abad ke-18. Permen yang populer pada masa itu adalah permen batu yang terbuat dari gula kristal.
Bisnis permen mengalami perubahan drastis pada 1830-an ketika kemajuan teknologi dan ketersediaan gula mulai melimpah. Peningkatan penjualan didukung dari sektor pekerja dan anak-anak.
Permen penny melambangkan transformasi permen ini. Permen penny menjadi barang material pertama yang anak-anak habiskan dengan uang mereka sendiri.
Pada tahun 1847, penemuan mesin permen memungkinkan untuk menghasilkan banyak bentuk dan ukuran permen sekaligus.
Pada tahun 1851, pembuat kue mulai menggunakan panci uap berputar untuk membantu merebus gula. Transformasi ini berarti bahwa pembuat permen tidak lagi diperlukan untuk terus mengaduk gula yang mendidih.
Selain itu, alat ini memastikan panas dari permukaan wajan juga jauh lebih merata dan membuatnya kurang mungkin gula akan gosong.
Tahun-tahun setelahnya, beberapa produsen menghasilkan warna-warna cerah dalam permen. Sayangnya, zat yang digunakan untuk menghasilkan warna-warna tersebut terbilang berbahaya.
Ini karena belum adanya peraturan yang membatasi hal tersebut.
Tak hanya zat pewarna berbahaya, kandungan zat adiktif dalam permen juga menjadi persoalan.
Masa-masa setelah itu, penggunaan zat berbahaya dalam permen terus menjadi perhatian. Terutama karena kudapan yang satu ini adalah favorit anak-anak.
Baca juga: Pilot Angkatan Laut AS Ungkap Penemuan UFO Berbentuk Permen
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.