Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
The Conversation
Wartawan dan akademisi

Platform kolaborasi antara wartawan dan akademisi dalam menyebarluaskan analisis dan riset kepada khalayak luas.

Memajukan Industri Pengetahuan, Apa yang Bisa Dilakukan Indonesia?

Kompas.com - 13/09/2018, 20:34 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Belajar dari negara China, lembaga penelitian di sana memiliki peluang besar untuk bekerja sama dengan pemerintah. Ada momen-momen saat pemerintah menyampaikan ke mana arah pembangunan dan apa saja isu-isu strategis yang membutuhkan penelitian.

Pemerintah Negeri Tirai Bambu pun menunjukkan komitmennya dengan mereformasi birokrasi litbang (penelitian dan pengembangan) nasional, menggelontorkan sejumlah dana, dan membuka peluang bagi siapa pun – termasuk lembaga penelitian non pemerintahan - untuk berpartisipasi.

Mereka pun membentuk komite yang memastikan proses lelang berjalan dapat dipertanggungjawabkan, serta menjamin hasilnya berkualitas; dan yang paling penting digunakan untuk merumuskan kebijakan publik.

Akses terhadap data mentah

Idiom “garbage in, garbage out” yang merujuk pada relasi sebab-akibat antara kualitas masukan (input) dan keluaran (output) nampak sangat relevan dengan kinerja PRI. Input yang baik “berpeluang” menghasilkan output yang baik pula.

Meski masih menggunakan istilah “berpeluang”, tidak didukungnya keputusan publik (output) dengan ketersediaan data berkualitas hanya akan menghasilkan kebijakan yang bermasalah.

Data adalah sumber daya utama lembaga penelitian menjalankan perannya. Selain mengandalkan data primer, dengan tujuan studi tertentu lembaga penelitian memerlukan data sekunder yang dikoleksi oleh pemerintah.

Pemerintah sendiri memiliki sumber daya cukup besar soal itu, sebut saja data statistik yang diproduksi Badan Pusat Statistik (BPS) atau data Riset Kesehatan Dasar yang dikelola Kementerian Kesehatan.

Hampir seluruh PRI menyebut kebutuhan data BPS sebagai contohnya, di samping data yang dikoleksi oleh tiap lembaga dan kementerian sektoral dan pemerintah daerah. Kebutuhan data yang dimaksud bukan data yang sudah diolah BPS sendiri seperti agregat kemiskinan per provinsi melainkan data mentahnya (raw data).

Ketersediaan data mentah memungkinkan lembaga penelitian mengolahnya melalui teknik dan model-model tertentu yang berbeda dari olahan kementerian dan lembaga pemerintahan. Ini dapat membuatnya lebih tajam, tematik, dan menghasilkan keluaran dengan sudut pandang berbeda.

Sebagai contoh, Lembaga Penelitian SMERU melalui olah data mentah Sensus Penduduk 2010, Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2010 dan 2015, dan Potensi Desa 2014 menghasilkan peta kemiskinan 2015 hingga level desa atau yang lebih tematik seperti potret kemiskinan anak multidimensi yang terbit pada 2016.

Cara ini, di satu sisi, memang dapat memicu pertarungan hasil olah data yang menguji akuntabilitas pemerintah dalam menerbitkan dan menggunakan data. Namun pada saat yang sama, iklim semacam itu membantu pemerintah menelurkan kebijakan yang lebih kontekstual sepanjang metodologinya dapat dipertanggungjawabkan.

Baca juga: Riset Ilmiah Dianggap Solusi Polemik Cuci Otak ala Terawan

Sayangnya, sebagian data yang dikoleksi pemerintah tidak mudah diperoleh. Data mentah yang dihimpun BPS misalnya, baru bisa diperoleh dengan harga yang tidak murah.
Pendanaan

Pendanaan menjadi isu ketiga yang dimunculkan oleh PRI. Menengok lembar fakta The UNESCO Institute for Statistics (UIS) 2018, Indonesia tergolong negara dengan kontribusi Produk Domestik Brutonya (PDB) paling rendah untuk sektor penelitian dan pengembangan, yaitu kelompok kurang dari 0,25 persen. Angka ini jauh dari Cina dan Australia, atau negara berkembang lain seperti Brazil dan Malaysia.

Dari sisi belanja, anggaran riset yang digelontorkan APBN pun lebih besar terdistribusi pada kementerian dan lembaga pemerintahan serta perguruan tinggi. Yayasan dan lembaga think tank non-pemerintahan memiliki peluang lebih kecil untuk mengakesnya.

Halaman:


Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya

Kisah Penemuan Kerabat T-Rex, Tersembunyi di Laci Museum Selama 50 Tahun
Kisah Penemuan Kerabat T-Rex, Tersembunyi di Laci Museum Selama 50 Tahun
Fenomena
Planet Baru Mirip Bumi Ditemukan Mengorbit Bintang Katai 
Planet Baru Mirip Bumi Ditemukan Mengorbit Bintang Katai 
Fenomena
Mengapa Evolusi Bisa Menjelaskan Ukuran Testis Manusia Tapi Tidak Dagu Kita yang Unik
Mengapa Evolusi Bisa Menjelaskan Ukuran Testis Manusia Tapi Tidak Dagu Kita yang Unik
Kita
Paus Pembunuh Berbagi Mangsa dengan Manusia: Tanda Kepedulian atau Rasa Ingin Tahu?
Paus Pembunuh Berbagi Mangsa dengan Manusia: Tanda Kepedulian atau Rasa Ingin Tahu?
Oh Begitu
Apakah Kucing Satu-Satunya Hewan yang Bisa Mengeluarkan Suara Mendengkur?
Apakah Kucing Satu-Satunya Hewan yang Bisa Mengeluarkan Suara Mendengkur?
Oh Begitu
Siapakah Pemburu Terhebat dan Terburuk di Dunia Hewan? 
Siapakah Pemburu Terhebat dan Terburuk di Dunia Hewan? 
Oh Begitu
Misteri Sepatu Raksasa Romawi Kuno, Siapakah Pemiliknya?
Misteri Sepatu Raksasa Romawi Kuno, Siapakah Pemiliknya?
Oh Begitu
Bagaimana Wujud Neanderthal dan Denisovan Jika Masih Hidup Hari Ini?
Bagaimana Wujud Neanderthal dan Denisovan Jika Masih Hidup Hari Ini?
Kita
NASA Temukan Objek Antar-Bintang yang Melintas Cepat di Tata Surya
NASA Temukan Objek Antar-Bintang yang Melintas Cepat di Tata Surya
Fenomena
Keindahan Planet Merkurius Terlihat Jelas di Langit Senja Juli Ini
Keindahan Planet Merkurius Terlihat Jelas di Langit Senja Juli Ini
Oh Begitu
Ditemukan, Planet Ekstrem yang Memicu Semburan Energi di Bintang Induknya
Ditemukan, Planet Ekstrem yang Memicu Semburan Energi di Bintang Induknya
Oh Begitu
Bisakah Serigala dan Rubah Kawin Silang? Ini Jawaban Ilmiahnya
Bisakah Serigala dan Rubah Kawin Silang? Ini Jawaban Ilmiahnya
Oh Begitu
Satelit “Zombie” NASA Kembali Hidup, Pancarkan Sinyal Radio Setelah 60 Tahun Mati Total
Satelit “Zombie” NASA Kembali Hidup, Pancarkan Sinyal Radio Setelah 60 Tahun Mati Total
Oh Begitu
Teleskop Webb Ungkap Rahasia Materi Gelap di Zona Tabrakan Kosmik
Teleskop Webb Ungkap Rahasia Materi Gelap di Zona Tabrakan Kosmik
Fenomena
Peneliti Temukan Saklar Kolesterol, Harapan Baru Cegah Penyakit Jantung, Diabetes, dan Kanker
Peneliti Temukan Saklar Kolesterol, Harapan Baru Cegah Penyakit Jantung, Diabetes, dan Kanker
Kita
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau