Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
The Conversation
Wartawan dan akademisi

Platform kolaborasi antara wartawan dan akademisi dalam menyebarluaskan analisis dan riset kepada khalayak luas.

Memajukan Industri Pengetahuan, Apa yang Bisa Dilakukan Indonesia?

Kompas.com - 13/09/2018, 20:34 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh Rendy A Diningrat

KOMPAS.com - Presiden Joko Widodo berulang kali mempertanyakan dampak anggaran riset kementerian/ lembaga pemerintahan yang begitu besar terhadap kepentingan strategis dan kebijakan publik Indonesia.

Pada tahun 2017, anggaran itu totalnya mencapai sekitar Rp 24 triliun namun hasilnya belum optimal. Hal ini dikarenakan, seperti kritik Jokowi, riset tersebut disebar di banyak kementerian dan rawan tumpang tindih.

Lembaga penelitian, baik yang dikelola oleh pemerintah maupun non-pemerintah, sebagai salah satu ‘industri’ di sektor pengetahuan memiliki peran penting dalam memajukan sebuah bangsa.

Negara maju seperti Amerika Serikat, Inggris, dan Australia lebih unggul secara ekonomi, peradaban, dan ilmu pengetahuan karena lembaga risetnya kuat dan perumusan kebijakan berbasis bukti ilmiah.

Sejumlah pihak seringkali menyoroti kinerja penelitian melalui banyaknya pengakuan global yang diterima. Hal ini diukur misalnya dengan membandingkan jumlah publikasi internasional kita yang baru sepertiganya dari Malaysia atau jumlah paten Indonesia yang tertinggal dari Singapura dan Thailand.

Meski pengakuan internasional adalah sesuatu yang berharga, tuntutan yang tak kalah mendesak, terutama bagi lembaga-lembaga penelitian yang berorientasi pada kebijakan publik (policy research institution (PRI)), adalah mengadvokasi hasil riset agar digunakan pemerintah dalam merumuskan kebijakan.

Di Indonesia, geliat PRI mengalami pasang surut. Peran memengaruhi kebijakan melalui penelitian berbasis bukti (evidence-based) masih menjadi pekerjaan rumah dengan sejumlah tantangan.

Survei berbagi pengetahuan SMERU pada awal 2018 memetakan sejumlah kebutuhan PRI untuk meningkatkan performanya. Survei dilakukan terhadap 16 lembaga penelitian kebijakan non-pemerintahan yang menjadi mitra Knowledge Sector Initiative (KSI) yang bekerja pada fokus beragam, antara lain kemiskinan, pendidikan dan kesehatan, agraria, politik, inklusi sosial, serta agama.

Hasil pemetaan menampilkan dukungan pemerintah menjadi faktor penting untuk memajukan sektor pengetahuan, yakni (1) pembaruan arah kebijakan pembangunan, (2) akses terhadap data mentah, dan (3) pendanaan.

Pembaruan arah kebijakan pembangunan

Dalam kerja-kerja pembangunan, hasil penelitian dapat dikembangkan sebagai instrumen untuk meninjau dan mengevaluasi pelaksanaan kebijakan (positivistic) sekaligus mengembangkan skenario alternatif (prescriptive).

Baca juga: Riset Internasional di Indonesia, Siapa yang Untung?

Oleh karena itu, penting bagi PRI mengetahui secara jelas arah pembangunan nasional dan daerah serta nilai-nilai apa yang dipegang pemerintah untuk mencapainya.

Pembaruan kebijakan dapat dilakukan pemerintah dengan menyediakan ruang bagi pengetahuan untuk saling bersaing terhadap suatu rancangan kebijakan.

Pemerintah perlu selalu terbuka dengan pertanyaan apa urgensi dan sumber datanya, bagaimana skenario pelaksanaannya hingga sejauh mana implementasinya. Ini semata-mata agar rumusan kebijakan berbasis bukti, bukan wangsit.

Halaman:


Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya

Kisah Penemuan Kerabat T-Rex, Tersembunyi di Laci Museum Selama 50 Tahun
Kisah Penemuan Kerabat T-Rex, Tersembunyi di Laci Museum Selama 50 Tahun
Fenomena
Planet Baru Mirip Bumi Ditemukan Mengorbit Bintang Katai 
Planet Baru Mirip Bumi Ditemukan Mengorbit Bintang Katai 
Fenomena
Mengapa Evolusi Bisa Menjelaskan Ukuran Testis Manusia Tapi Tidak Dagu Kita yang Unik
Mengapa Evolusi Bisa Menjelaskan Ukuran Testis Manusia Tapi Tidak Dagu Kita yang Unik
Kita
Paus Pembunuh Berbagi Mangsa dengan Manusia: Tanda Kepedulian atau Rasa Ingin Tahu?
Paus Pembunuh Berbagi Mangsa dengan Manusia: Tanda Kepedulian atau Rasa Ingin Tahu?
Oh Begitu
Apakah Kucing Satu-Satunya Hewan yang Bisa Mengeluarkan Suara Mendengkur?
Apakah Kucing Satu-Satunya Hewan yang Bisa Mengeluarkan Suara Mendengkur?
Oh Begitu
Siapakah Pemburu Terhebat dan Terburuk di Dunia Hewan? 
Siapakah Pemburu Terhebat dan Terburuk di Dunia Hewan? 
Oh Begitu
Misteri Sepatu Raksasa Romawi Kuno, Siapakah Pemiliknya?
Misteri Sepatu Raksasa Romawi Kuno, Siapakah Pemiliknya?
Oh Begitu
Bagaimana Wujud Neanderthal dan Denisovan Jika Masih Hidup Hari Ini?
Bagaimana Wujud Neanderthal dan Denisovan Jika Masih Hidup Hari Ini?
Kita
NASA Temukan Objek Antar-Bintang yang Melintas Cepat di Tata Surya
NASA Temukan Objek Antar-Bintang yang Melintas Cepat di Tata Surya
Fenomena
Keindahan Planet Merkurius Terlihat Jelas di Langit Senja Juli Ini
Keindahan Planet Merkurius Terlihat Jelas di Langit Senja Juli Ini
Oh Begitu
Ditemukan, Planet Ekstrem yang Memicu Semburan Energi di Bintang Induknya
Ditemukan, Planet Ekstrem yang Memicu Semburan Energi di Bintang Induknya
Oh Begitu
Bisakah Serigala dan Rubah Kawin Silang? Ini Jawaban Ilmiahnya
Bisakah Serigala dan Rubah Kawin Silang? Ini Jawaban Ilmiahnya
Oh Begitu
Satelit “Zombie” NASA Kembali Hidup, Pancarkan Sinyal Radio Setelah 60 Tahun Mati Total
Satelit “Zombie” NASA Kembali Hidup, Pancarkan Sinyal Radio Setelah 60 Tahun Mati Total
Oh Begitu
Teleskop Webb Ungkap Rahasia Materi Gelap di Zona Tabrakan Kosmik
Teleskop Webb Ungkap Rahasia Materi Gelap di Zona Tabrakan Kosmik
Fenomena
Peneliti Temukan Saklar Kolesterol, Harapan Baru Cegah Penyakit Jantung, Diabetes, dan Kanker
Peneliti Temukan Saklar Kolesterol, Harapan Baru Cegah Penyakit Jantung, Diabetes, dan Kanker
Kita
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau