Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penemuan yang Mengubah Dunia: Medali, Dulu Hadiah Politik Kini Atletik

Kompas.com - 30/08/2018, 19:36 WIB
Resa Eka Ayu Sartika

Penulis

KOMPAS.com - Perhelatan Asian Games 2018 hampir mendekati akhirnya. Untuk Indonesia sendiri mengukir sejarah untuk perolehan medali pada Asian Games kali ini.

Hingga Rabu (29/08/2018), tercatat Indonesia telah mengantongi 89 medali (30 emas, 22 perak, dan 37 perunggu).

Hal ini tentu saja disambut gembira oleh masyarakat. Namun, tahukah Anda sejak kapan medali menjadi bentuk penghargaan suatu prestasi?

Hadiah Politik

Medali pertama dicatat oleh sejarawan bernama Josephus.

Dia mencatat pada abad ke-4 sebelum masehi (SM), medali digunakan oleh Alexander Agung, raja Kekaisaran Makedonia, sebagai hadiah kepada Jonathan Apphus pemuka agama bangsa Ibrani.

Medali tersebut disebut "tombol emas" sebagai penghargaan atas bantuan dan pengakuan sebagai kerabat raja.

Selanjutnya, Kekaisaran Romawi sering menggunakan bentuk tersebut sebagai penghargaan militer atau hadiah politik. Benda itu terbuat dari emas atau perak yang dibentuk menyerupai koin.

Koin-koin tersebut kemudian dijadikan perhiasan dan dikenakan dengan cara menyematkannya pada baju.

Pada Abad Kegelapan atau periode migrasi di Eropa Utara, medali emas tipis atau disebut bracteate juga mulai dikenal. Benda itu dimaksudkan sebagai perhiasan yang disambungkan pada rantai di pakaian.

Baca juga: Indonesia Raih 2 Medali di Olimpiade Fisika APhO Tersulit dalam Sejarah

Bentuk Penghargaan

Medali kemudian mulai menjadi umum di Eropa pada Abad Pertengahan, terutama untuk penguasa, bangsawan, dan para intelektual.

Pembeda medali-medali itu adalah bahan pembuatnya yang disesuaikan dengan status penerima. Bahan pembuatnya adalah logam seperti emas, perak, perunggu, dan timah.

Pada masa tersebut, medali biasanya juga tertulis nama dan gelar mereka serta motto yang tertulis di tepinya.

Medali semacam ini tidak dimaksudkan untuk dikenakan meski dibuat seperti liontin pada kalung tertentu.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com