"Ini memiliki diameter yang lebih besar daripada kapsul Soyuz dan jauh lebih tinggi - mereka telah melihat dengan baik perangkat keras Rusia, mereka telah belajar apa bagian yang baik dan melihat apa yang bisa mereka tingkatkan," jelasnya.
Jika kapsul ruang angkasa itu jatuh ke laut misalnya, desain Shenzhou membuat seluruh pengalaman ruang ganti baju untuk pakaian survival sebelum memanjat keluar dari kapsul jauh lebih mudah.
"Ada begitu banyak ruang, kami bahkan memiliki perahu karet tiup, yang tidak kami miliki di Soyuz," katanya.
"Dengan pelatihan survival laut Rusia, Anda melompat ke dalam air, tidak ada perahu - dan anda akan merasa sangat dingin dan jauh, jauh lebih sulit."
Maurer baru-baru ini memenuhi syarat sebagai astronot tetapi, dalam peran sebelumnya di Pusat Astronot Eropa di Cologne, Jerman, mulai mengembangkan hubungan dengan program ruang angkasa China yang pernah dirahasiakan pada tahun 2012.
Dia mengunjungi pusat pelatihan mereka di Beijing setahun kemudian untuk melihat fasilitas dan simulator mereka.
Pada tahun 2016, seorang astronot China mengambil bagian dalam salah satu ekspedisi susur gua yang digelar oleh ESA.
Bersama Cristoforetti dan astronot Prancis Thomas Pesquet, Maurer juga belajar bahasa Mandarin.
"Ini bagus tapi butuh perbaikan," akunya.
Baca juga: Demi Urusan Perut Astronot, Thailand Akan Kirim Durian ke Antariksa
Meskipun, dia memberi tahu saya, namanya dalam bahasa Mandarin diterjemahkan sebagai "Kuda Surga".
Kesadaran Antar-Budaya
Amerika Serikat tidak akan menyetujui kerjasama dengan China dalam masalah ruang angkasa - bahkan di Stasiun Ruang Angkasa Internasional (ISS).
Meski begitu, ESA tetap membuka kesempatan itu supaya astronotnya bisa mengorbit.
Dengan China di jalur untuk meluncurkan stasiun luar angkasa berukuran penuh pertama pada tahun 2023, dan dengan misi robotik negara itu diluncurkan akhir tahun ini ke sisi terjauh dari bulan, keputusan ESA untuk mempertahankan hubungan dengan Amerika dan Rusia namun juga bermitra dengan kekuatan baru yang muncul akan terlihat bergerak cerdik.
"ESA merupakan kerja sama 23 negara anggota, jadi kami tahu apa yang diperlukan untuk menyatukan para mitra," kata Maurer.